Jumat, 14 Juni 2013

Fungsi Karunia Rasul Menurut Kitab Efesus 4: 11-16


Berikut ini penulis dalam hal ini akan mencoba menganalisa bagaimana fungsi Rasul dalam Gereja masa kini, melalui kenyataan, nats membuktikan bahwa Rasul masih relevan di dalam pelayanan gereja sampai sekarang ini. Dan panggilan Rasul merupakan panggilan Bapa yang disampaikan melalui Yesus kepada orang-orang percaya. Itulah suara Tuhan yang berbicara di dalam Roh kita dan berkata:  “Mari, ikutlah Aku“. Ini merupakan panggilan supaya gereja Tuhan segera berangkat dan pergi mendatangi bangsa-bangsa, suatu panggilan yang disampaikan Rasul-Rasul. Panggilan itu merupakan suatu undangan, namun sekaligus juga perintah, supaya kita juga bisa serupa dengan Yesus dan mempunyai kerinduan yang sama terhadap umat manusia seperti yang dimiliki-Nya.

Panggilan Rasul ini akan semakin menggelinding dengan semakin didengungkannya panggilan kepada umat dan warga gereja untuk melayani dalam Kerajaan Allah. Seperti suatu pasukan tentara, perhimpunan Rasul-rasul baru ini semuanya akan menjatuhkan jala-jala mereka (melepaskan pekerjaan mereka) dan langsung berangkat untuk menaati perintah Tuhan alam semesta. Begitu mendengar panggilan, mereka akan langsung terjun untuk bertempur melawan musuh dan merebut daerah kekuasaan dalam serangan terbesar disepanjang sejarah: penginjilan diseluruh bumi sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya.
Apakah benar para Rasul harus tetap berfungsi, jawabannya hanya dapat ditemukan dengan mempelajari Alkitab. Adalah jelas bahwa kedua belas Rasul mempunyai suatu jabatan yang unik dan berwenang dalam kerajaan Allah. Begitu juga dengan keberadaan Rasul-rasul yang lain di luar kedua belas murid itu sudah cukup jelas dalam Perjanjian Baru. Paulus adalah salah satu diantaranya, dan seperti yang sudah kita lihat, Alkitab memuat suatu daftar nama-nama lain yang juga disebut sebagai Rasul.
Peter Wagner mendapati bukti Alkitabiah yang cukup kuat menunjukkan bahwa karunia Rasul masih berlanjut. Kedua belas Rasul yang mula-mula mempunyai tempat yang unik dalam sejarah kekristenan dan mereka juga akan dikenang selama-lamanya di kota Yerusalem baru mendatang (Wahyu 21:14), tetapi bukan hanya saja yang menjadi Rasul.
1 Korintus 15 mengatakan bahwa sesudah dibangkitkan dari kubur, Yesus menampakkan diri kepada kedua belas murid dan kemudian juga kepada semua Rasul, dan hal itu menunjukkan bahwa jumlah Rasul-Nya lebih dari dua belas orang ( I Korintus 15:5,7).

Untuk Memperlengkapi Orang-orang Kudus/Jemaat (ayat 12)
Karunia-karunia yang dianugerahkan Allah kepada gereja untuk memperlengkapi orang-orang yang percaya kepada-Nya atau orang-orang kudus bagi pekerja pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus, sehingga dapat melayani“. Maksudnya, melayani merupakan tugas semua orang kudus–bukan hanya sekelompok pemimpin saja. Para pemimpin diangkat dengan tugas memperlengkapi orang-orang percaya untuk melaksanakan pelayanan ini. Sebagian besar gereja masa kini tidak melaksanakan gagasan Perjanjian Baru ini. sudah merupakan kebiasaan untuk membiarkan gembala sidang melaksanakan seluruh pelayanan. Kadang-kadang gembala itu merasa lebih mudah melakukan sendiri semua pelayanan dari pada melatih orang lain untuk melakukannya. Tujuan gereja bukanlah membuat orang menjadi bangsawan. Tujuan gereja ialah agar warganya mencapai kepenuhan di dalam Kristus dan dapat melahirkan Rasul, dalam arti bahwa setiap warga gereja, baik pria maupun wanita harus dapat mencerminkan Kristus di dalam dirinya.
Secara harfiah orang-orang kudus berarti “mereka yang suci”. Tapi ini bisa jadi sebutan yang menyesatkan kalau diartikan melulu mengenai kesalehan pribadi. Arti “kesucian” ialah pengabdian kepada Allah dan kegunaan dalam pekerjaan-Nya. Artinya mereka yang setia kepada panggilan sebagai umat Allah yang melayani Dia dalam Kristus Yesus, yaitu dalam persekutuan dengan Dia atau dalam persekutuan gereja. Dalam bahasa Yunani “kudus” adalah kata sifat dan terjadi dalam Kristus Yesus.
Kata katartismon (dari καταρτιζω – katartizô=mengatur, memulihkan, mempersiapkan, memperlengkapi) yang hanya terdapat di sini saja sebenarnya berarti pemulihan, persiapan, perlengkapan. Kata ini dapat dibandingkan dengan kata 'katartisis' (IIKorintus 13:9) = beres, sempurna (Bode), bertambah sempurna. Katartismon dipakai juga dalam dunia kedokteran untuk pekerjaan memulihkan (menghubungkan) anggota-anggota tubuh yang sakit (patah).
Untuk memperlengkapi (pros ton katartismon) orang-orang kudus = anggota-anggota jemaat. Rasul-rasul, Nabi-nabi, pemberita-pemberita lnjil, gembala dan pengajar-pengajar diberikan Kristus kepada jemaat, bukan untuk memerintah atau memegang kuasa, tetapi untuk melayani. Dalam jemaat tidak ada tempat untuk pemerintahan (dalam arti Yuridis). Di situ tidak ada tuan: semua anggota adalah pelayan, hamba. Mereka semua dipanggil untuk melayani: melayani Kristus, Tuhan mereka, dan melayani satu sama lain (Yohanes 13:14-15; 1 Korintus 12:7). Pelayanan mereka di sini ialah memperlengkapi anggota-anggota jemaat. Dan pelayanan ini bukan hanya merupakan tanggung jawab para pemimpin jemaat saja tetapi pelayanan adalah merupakan tugas semua orang kudus
Anggota-anggota jemaat, seperti yang kita lihat dalam ayat 7, juga mendapat kasih karunia dari Kristus, masing-masing menurut ukuran pemberian-Nya. Tugas Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pemberita-pemberita Injil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar ialah mengatur, mempersiapkan, memperlengkapi, sehingga mereka dapat melakukan pelayanan (ergon diakonias) mereka dengan baik. Weber menjelaskan hal ini sebagai berikut:
Fungsi yang sebenarnya dari pejabat-pejabat itu bukanlah "pekerjaan-   pelayanan". Pelayanan tidak dapat diserahkan oleh jemaat kepada "pemangku-pemangku-jabatan". Fungsi khusus dari mereka yang menerima karunia-karunia rohani ialah memperlengkapi orang-orang kudus. Bukan mereka yang harus memberikan bantuan kepada pejabat-pejabat, tetapi sebaliknya, pejabat-pejabatlah yang harus memberikan bantuan kepada mereka, sehingga mereka dapat tiba pada "relasi pelayanan" antara jemaat dan dunia.
Selanjutnya Barth juga menjelaskan:
Pelayanan bukanlah salah satu fungsi dari jemaat yang hidup di dunia. Pelayanan adalah satu-satunya fungsi jernaat, Segala sesuatu yang ia lakukan - pemberitaannya, kesaksiannya, pengajarannya, penggembalaannya, ibadahnya, dan lain-lain -- adalah pelayanan, diakonia. Ia hidup karena dan seberapa jauh ia melayani... Menjadi orang Kristen (orang kudus) dalam jemaat berarti: melayani di dalam dan bersama-sama dengan jemaat. Bukan semua anggota jemaat mendapat karuma yang sarna, tetapi mereka semua dipanggil untuk melayani, masing-masing ditempatnya sendiri dan dengan tugasnya sendiri. Jemaat hanya dapat bidup sebagai tubuh Yesus Kristus, Kepalanya. Demikian pula anggota-anggota jemaat hanya dapat hidup sebagai suatu persekutuan, sebagai communio sanctorum, di mana tiap-tiap anggota mempunyai tempat dan tugasnya sendiri dan tidak dapat diganti oleh anggota lain. Dalam penunaian tugasnya tidak boleh ada anggota yang (sengaja atau tidak sengaja) dilupakan. Pelayanan jemaat bukanlah hak atau prerogatif dari satu atau dua orang saja. Semua anggota jemaat dipanggil untuk melayani. Dalam Kristus, Tuhan mereka, mereka mendapat bagian dalam pelayanannya itu. Prinsipal jemaat tidak beres - "sakit" - kalau dalam pelayanannya ia melupakan salah seorang dari anggota-anggotanya. Mereka sama penting, sama dibutuhkan.

Tujuan pekerjaan pelayanan anggota-anggota jemaat ialah pembangunan tubuh Kristus (ioikodomê tou somatos khristou). Yang sebenarnya membangun ialah Kristus sendiri. Ia membangun oleh pelayanan yang mereka lakukan dalam persekutuan dengan Dia. Demikianlah relasi antara pelayanan Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pemberita-pemberita Injil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar pada satu pihak dan pelayanan anggota-anggota jemaat pada pihak lain. "Paulus merumuskannya di sini dengan-jelas, tanpa memberikan petunjuk-petunjuk yang mengikat, sebab segala sesuatu hanya dapat berjalan dengan baik, kalau relasi antara mereka dan Tuhan mereka juga baik".
Jadi memperlengkapi adalah pengertian bahwa orang lain dipersiap kan atau dilatih untuk melakukan suatu pekerjaan, maka Rasul yang dimaksudkan dalam Kitab Efesus 4 adalah orang yang memperlengkapi gereja untuk melakukan tugas-tugas Kerasulan. Lebih khusus lagi, ia diharapkan untuk mengajar, memperbaiki dan menasehati Rasul yang sedang dalam pelatihan (Rasul Junior) dan orang percaya-Nya.

Bagi Orang Percaya
Dalam bagian ini Paulus menasehatkan anggota-anggota jemaat, supaya mereka memelihara kesatuan jemaat. Nasehat ini diberikan dan didasarkan secara prinsip dan dihuhungkan dengan suatu pembicaraan yang prinsip pula, yaitu tentang pembangunan jemaat oleh pelayanan anggota-anggotanya sebagai orang-orang yang mendapat karunia (Yunani, χαρισμα – Kharisma) dari Tuhan, masing-masing menurut "kadar pekerjaannya" (ayat 16). Nasehat itu Paulus mulai seperti berikut: "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang hukuman karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang dipanggil berpadanan dengan panggilan itu" (ayat 1). "ουν - oun" ( = jadi, sebab itu) : bukan saja sebagai konklusi dari apa yang Paulus katakan dalam bagian (bagian-bagian) yang sudah, tetapi juga sebagai permulaan dari nasehat-nasehat yang akan menyusul. Aku menasihatkan kalian (Yunani, παρακαλεω - PARAKALEÔ). Yang Paulus maksudkan dengan "kalian" di sini ialah anggota-anggota jemaat Efesus, yang pada permulaan surat ini ia sebut "orang-orang kudus dan orang-orang percaya" (Efesus 1:1), yang Tuhan Allah berkati dengan berkat rohani di dalam sorga (Efesus 1:3), yang dalam Kristus mereka dipilih menjadi anak-Nya (1:4-5), yang diterangkan mata hatinya (1:18), yang dibangkitkan bersarna-sama dengan Kristus dan tempatkan dengan Dia di dalam sorga, sekalipun mereka berada di bumi (2:6), yang oleh darah Kristus telah dipersatukan dengan orang-orang Kristen- Yahudi dengan jalan merobohkan tembok yang memisahkan mereka (2:13-14), sehingga mereka juga beroleh jalan masuk kepada Bapa dan menjadi sewarga dengan orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (2:18-19), yang oleh pemberitaan Injil, yang dipercayakan kepada Paulus, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji-janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (3:6), dan lain-lain. Seperti orang-orang yang demikianlah Paulus, yang menyebut dirinya "orang hukuman karena Tuhan" maksudnya, dipenjarakan demi kepentingan Tuhan ("ο δεσμιος εν κυριω - ho desmios en kuriô), menasihati mereka.

Bagi Pembangunan Tubuh Kristus
Hal yang patut diperhatikan bahwa dalam melengkapi tubuh Kristus, Kristus sendiri yang memberikan segala sesuatu agar orang-orang kudus sesuai dengan rencana-Nya. Tubuh Kristus dilimpahkan pemberian dari Yesus Kristus yang adalah kepala kepada orang orang kudus yakni tubuh-Nya dengan karunia-karunia kerasulan, kenabian, pemberita Injil serta Gembala dan Pengajar agar yang dihasilkan adalah pembangunan tubuh Kristus yang menjadi harapan-Nya terwujud yakni mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (Efesus 4:13) dilimpahkan dalam pemberian mengandung pengertian adanya pelipatan dari apa yang diberikan Tuhan. Apakah pelipatan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya di Efesus dibandingkan dengan yang diberikan Tuhan pada Perjanjian Lama?
Dalam Perjanjian Lama seseorang yang diberikan karunia untuk membangun umat-Nya, mereka diurapi Tuhan. Dalam Perjanjian Lama mengenal 3 jabatan yang disertai dengan pengurapan dari Tuhan. Jabatan itu adalah jabatan : Nabi, Raja dan Imam. Tiga jabatan yang mengharuskan seseorang sebelum memangku jabatan diurapi di Perjanjian Lama, dan dalam Perjanjian Baru memunculkan karunia jabatan Rasul, Nabi, Pemberita Injil, gembala dan pengajar. Dari jabatan Perjanjian Lama masuk Perjanjian Baru maka yang masih berperan adalah jabatan kenabian, sedangkan peran Imam tidaklah muncul karena semua orang percaya diberikan karunia menjadi imamat Allah (I Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:) Karunia jabatan raja telah hilang karena Allah sendiri melalui Yesus Firman yang menjadi manusia telah ambil jabatan Raja Kekal Perkasa sehingga semua umat-Nya mendapat kesempatan yang lebih luas untuk menikmati Kerajaan dan Kemuliaan-Nya dan menggenapkan nubuat hadirnya Raja yang sesungguhnya. (Yesaya 9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Sehingga ITesalonika 2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.) Sungguh luar biasa, Karunia raja langsung dikerjakan oleh Kristus, Allah Kekal sang Firman yang telah menjadi manusia dan bangkit dengan segala hikmat-Nya dan kuasa-Nya dengan sempurna melepaskan kita dari kuasa dosa. Sangat melimpah karunia Tuhan sehingga semua umat-Nya menjadi imam-imam bagi Allah yang kudus. (Wahyu 5:10 Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”)
Tujuan pelayanan gereja adalah membangun tubuh Kristus sampai tercapai kesatuan iman, pengetahuan yang benar tentang Kristus, kedewasaan penuh, serta keserupaan dengan Kristus, sehingga kita tidak terombang-ambing oleh ajaran sesat (4:12-14). Tubuh Kristus atau gereja adalah kesatuan dari orang-orang percaya (anggota-anggota tubuh Kristus). Oleh karena itu, sasaran pelayanan gereja seharusnya tidak hanya berfokus kepada sekelompok orang dalam gereja, tetapi kepada seluruh anggota gereja, bahkan kepada orang-orang percaya secara umum.
Karena tujuan pelayanan di atas merupakan sesuatu yang ideal sehingga harus diusahakan terus-menerus, pelayanan gereja harus terus dikembangkan. Kita tidak akan pernah selesai melakukan pelayanan. Sekalipun demikian, kita harus selalu mengingat bahwa pelayanan itu selalu bermanfaat bagi sang pelayan itu sendiri. Saat kita melayani, iman kita akan bertumbuh, pengenalan kita akan Kristus akan semakin meningkat, kerohanian kita akan semakin dewasa, karakter kita akan semakin terbentuk menjadi serupa dengan Kristus, dan pemahaman kita akan ajaran Kristen akan terus diasah sehingga kita akan semakin tidak mudah terombang-ambing oleh ajaran sesat.
Di samping bermanfaat bagi para pelayan sebagai individu, pelayanan juga bermanfaat bagi kebersamaan tubuh Kristus. Karena pelayanan harus dilakukan dengan kerja sama antara pelayan, maka pelayanan itu bersifat mempersatukan (4:16). Bila kita semua sibuk melayani, kita tidak memiliki banyak kesempatan untuk mencari kesalahan orang lain dan berbagai masalah yang mengancam kesatuan tidak akan dipermasalahkan.

Mencapai Kesatuan Iman (ayat 13a)
Dalam pencapai kesatuan iman Paulus mengungkapkan beberapa hal:  Pertama Kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kedua "pisteôs" (dalam bentuk genitif) dan "epignôseôs" menerangkan, apakah yang dimaksudkan dengan kesatuan (henotes) itu, yaitu kesatuan dalam iman dan dalam pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Kesatuan itulah yang harus mereka capai. Dan kalau hal itu telah terjadi, maka terlaksanalah pekerjaan pcmbangunan tubuh Kristus yang dipercayakan kepada mereka. Ayat (13) ini membawa kita kembali kepada "mia pistis" (satu iman) dari ayat 5. Di situ dikatakan, bahwa kesatuan adalah pekerjaan (ciptaan) Roh Kudus dan bahwa kesatuan itu harus mereka jaga (pelihara, lindungi) oleh ikatan damai sejahtera. Penjagaan (pemeliharaan, perlindungan) itu, menurut Paulus dalam ayat ini, berlangsung, kalau mereka semua sebagai anggota dari satu tubuh berada di jalan yang menuju kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Dalam surat Efesus "ho huios tau theou" hanya terdapat di tempat ini ungkapan itu menyatakan hubungan yang khusus antara Kristus dan Allah, yaitu sebagai Bapa-Nya ( Roma 8:3,32; 2 Korintus 1:19; Galatia 4:4; Kolose 1:13). "Ungkapan ini erat berhubungan dengan "pengetahuan": dalam pasal-pasal yang mengandung pengakuan dari surat ini terdapat garis-garis-pokok untuk pemikiran kristologis dari jemaat di kemudian hari. Paulus rupanya menyadari hal itu".
Kedua, juga berhubungan dengan preposisi "eis" dan dikuasai oleh "katantaô" kedewasaan penuh. Maksud Paulus ialah hendak mengatakan, bahwa dengan mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.
Tentang ungkapan ”eis andra teleion”, penafsir-penafsir tidak mempunyai pendapat yang sama. Umumnya orang (a.1. Grosheide) menganggapnya sebagai suatu kiasan sama seperti (Efesus 2:15). Tetapi tentang isinya, mereka, seperti yang dikatakan tadi, berbeda pendapat. Ada yang menafsirkannya sebagai berikut: sampai mereka semua bertumbuh menjadi orang (laki-laki) yang penuh/sempurna (Klapper, Rendtorff), bukan secara individual, tetapi secara kolektif (a.l. van Leeuwen, Harnach). Ada pula (a.l, Schlier) yang mempunyai pendapat lain. Menurut mereka, yang dimaksudkan di sini dengan aner teleios ialah Kristus sebagai "Kepala" tubuh-Nya. Hal itu mereka dasarkan atas ay. 15 (yang merupakan ungkapan-parallel dengan ayat 13 ini), "... kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala". Mereka katakan, dalam nas kita tidak dikatakan, bahwa kita, anggota-anggota tubuh Kristus, bertumbuh menjadi "orang/laki-laki sempurna seperti yang a.l. van Leeuwen, Harnach di katakan oleh Klapper, baik sebagai individu, maupun secara bersama-sama, tetapi bahwa kita, dalam gerak menuju kepada kesatuan iman dan pengetahuan yang benar, tiba kepada Kristus, yang adalah Kepala.
Ketiga, juga dihubungkan dengan preposisi "eis" dan dikuasai oleh ketataan, semua seperti pertama dan kedua, tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Kata "hêlikia" mempunyai dua arti. Pertama: umur, usia, waktu-hidup (bandingkan Matius 6:27; Lukas 2:25; 12:25; Yohanes 9:21, 33; Ibrani 11:11). Kedua: besar-badan, tinggi-badan (bandingkan. a.l. Lukas 19:3).  Apa yang Paulus presis maksudkan dengan ungkapan di atas, tidak dapat kita katakan dengan pasti. Tafsiran ahli-ahli tentang ungkapan itu tidak sama. Yang pasti ialah, bahwa kepenuhan Kristus di sini sama dengan kepenuhan Kristus dalam 1:23 karya Allah yang mencakupi segala sesuatu dan yang memenuhi segala sesuatu, juga jemaat. "Pertumbuhan jemaat adalah pertumbuhan karya Allah, dan semakin subur jemaat hidup, semakin tampak karya Allah yang besar itu."
Pembangunan jemaat, seperti yang nyata dari uraian di atas, penting. Sungguhpun demikian, pembangunan itu bukanlah maksud/tujuan yang akhir dari perlengkapan anggota-anggota jemaat. Pembangunan itu tidak berlangsung untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia, dan untuk semesta alam. Hal itu kita baca dalam ayat 14. dimana Paulus katakan: sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, olen permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. "Hina" (sehingga) tidak bergantung pada "mekhri" (sampai) dari ayat 13, tetapi dari "oikodomê" (pembangunan) yang merupakan pikiran-inti dari ayat 11 dan 12: sehingga kita bukan lagi anak-anak.
"Kesatuan iman", yang dimaksudkan dengan iman disini ialah tubuh yang dikuasai kebenaran. Ketika kita berpegang pada hal ini, kita pada gilirannya dipersatukan dengan yang lain. “kesatuan Roh” seperti dalam ayat 3 dimiliki masa kini, tapi kesatuan iman adalah sasaran pengharapan untuk diperoleh pada masa datang. Pekerjaan para pelayan yang merupakan karunia-karunia Kristus (ayat 11) dimaksudkan untuk membangun gereja sampai keadaannya yang terakhir tercapai. Tujuan itu ditunjukkan dengan perkataan kedewasaan penuh (Yunani : aner teleios; lelaki tulen) dan akan dicapai apabila orang Kristen maju dalam pengertian yang bersatu tentang kekayaan yang menjadi milik mereka dalam Kristus.
"Mekhri" (sampai): menyatakan sasaran yang dituju. Perlengkapan dan pembangunan itu harus mereka kerjakan begitu lama, sampai mereka semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. "hoi pantes" (kita semua, semua bersama-sama. Roma 11:2; 1 Korintus 10:17) disini mendapat tekanan. Tubuh Kristus dan pembangunannya prinsipal mencakupi semua anggota jemaat. Karena itu tidak boleh ada di antaranya yang dilampaui atau yang dilupakan. Mereka semua, sebagai suatu persekutuan, harus diperlengkapi, dibangun. "katantaô eis" artinya menuju kepada atau mencapai suatu maksud/tujuan yang tertentu ( Kisah Para Rasul 13:50 ; 16:1 ; 18:19,24 )
Mempertahankan kesatuan iman (Efesus 4:13) harus dilandaskan pada kasih aktif yang berusaha untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan membereskan perbedaan pendapat melalui kesetiaan dan ketaatan kepada Kristus dan Firman-Nya. Ini berarti bahwa mempertahankan dan membicarakan kebenaran Perjanjian Baru dalam kasih harus mendahului kesetiaan kepada berbagai lembaga, tradisi, dan tokoh Kristen atau gereja yang tampak. Setiap usaha untuk mempertahankan persatuan atau kesatuan tidak boleh meniadakan Firman Allah atau dilandaskan pada pengurangan tuntutan kebenaran Alkitabiah (Efesus 4:14). Kesetiaan kepada Alkitab mungkin berarti pemisahan dari sebagian gereja yang tampak tidak setia lagi kepada Kristus dan doktrin Rasuli Kemudian Roh Kudus akan memulai pembentukan sebuah gereja baru yang setia kepada Kristus dan kebenaran Perjanjian Baru  yang asli.
Dengan ungkapan "melakukan kebenaran dalam kasih", Paulus bukan saja mau mengatakan, bahwa pekerjaan (pengrealisasian, pemberitaan) itu harus berlangsung dengan kasih, tetapi juga bahwa kebenaran (injil) yang diberitakan itu harus tampak di dalamnya. Sekalipun demikian itu bukanlah maksud/tujuan terakhir dari panggilan dan perlengkapan anggota-anggota jemaat. jikalau kita boleh menyebutnya demikian hanya merupakan keterangan atau presupposisi saja dari maksud/tujuan itu, yaitu: kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia.

Mencapai Pengetahuan yang benar Tentang Anak Allah (ayat 13b)
Kesatuan orang-orang percaya di dalam Kristus cenderung menghasilkan kesatuan iman dan pengetahuan. Kata “dan” dalam ayat 13 berfungsi untuk menghubungkan, paling baik dimengerti sebagai penjelasan. Dengan demikian unsur pokok dalam kesatuan iman ialah pengertian yang lebih dalam (Yunani: epignosis: pengetahuan yang benar) akan Kristus sendiri sebagai penjelmaan kekayaan Allah (Kolose. 2:3 dan Efesus. 1:18). Dia melengkapi kebutuhan-kebutuhan gereja selaku kepalanya. Dengan mempedulikan umat-Nya Kristus mendorong pertumbuhan mereka dan menjamin bahwa mereka berkembang. Perkembangan ini diukur dengan nilai kepenuhan Kristus. Tersedialah kasih karunia dan sarana lain yang diserahkan-Nya kepada gereja untuk memantu perkembangan hingga gereja mencapai tujuan yang direncanakan-Nya. Memang tujuan ini adalah satu gereja yang sepenuhnya menjelmakan kepenuhan Kristus.
Mencapai Kedewasaan Penuh dan tingkat pertumbuhan (ayat 13c)
Terjemahan ini agak bebas, sebab memanglah teks Yunani sukar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ungkapan "kedewasaan penuh" menterjemahkan teks Yunani yang secara harafiah diterjemahkan sebagai berikut: orang sempurna. Yang dimaksudkan bukanlah orang Kristen yang secara pribadi sudah sampai ke tingkat kesempurnaan. "Orang sempurna" itu kiranya mempunyai arti kolektif, sehingga yang dimaksudkan Kristus sendiri yang sebagai "Manusia Baru" merupakan pra-lambang semua orang yang sudah "lahir kembali", Efesus 2:15, entah seluruh Kristus, yaitu Kepala, Efesus 4:15; 1:22; Kolose 1:18, beserta anggota-anggota Efesus 4:16; 5:30, yang merupakan Tubuh Kristus,
1 Korintus 12:12Dalam Efesus 4:13-15 Paulus mendefinisikan orang yang "dewasa" rohaninya sebagai mereka yang memiliki kepenuhan Kristus.
  1. Menjadi dewasa rohani berarti bukan menjadi anak-anak yang mudah goyah, mudah tertipu oleh ajaran palsu dari orang lain dan mudah terpengaruh oleh pameran keahlian yang licik. Orang tetap menjadi anak-anak apabila pengertian dan pengabdian mereka kepada kebenaran Alkitabiah tidak memadai ( Efesus 4:14-15). 
  2. Menjadi dewasa secara rohani meliputi "berpegang kepada kebenaran di dalam kasih" (versi Inggris NIV -- "berbicara kebenaran di dalam kasih"), (Efesus 4:15). Kebenaran Injil sebagaimana terdapat dalam Perjanjian Baru harus dipegang di dalam kasih, diberitakan dengan kasih dan dipertahankan dalam roh kasih. Kasih itu pertama-tama ditujukan kepada "Kristus" (Efesus 4:15), kemudian kepada gereja (Efesus 4:16) dan kepada satu sama lain (Efesus 4:32;  1 Korintus 16:14).
Kedewasaan penuh, bukan acuan kepada orang percaya secara individu, melainkan orang percaya secara keseluruhan; yaitu tubuh yang Kepalanya adalah Kristus. Di dalam Perjanjian Baru sangat jelas bahwa Allah menghendaki agar setiap orang percaya memiliki kedewasaan rohani. Ia menghendaki kita bertumbuh. Paulus berkata dalam Efesus 4:14, “Kita tidak ditentukan untuk tetap menjadi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, tetapi kita ditentukan untuk mengutarakan kebenaran dalam kasih, dan bertumbuh dalam segala ke arah Dia, yang adalah Kepala.”
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang pertumbuhan adalah:
  1. Pertumbuhan rohani tidak terjadi begitu saja setelah kita diselamatkan, sekalipun kita menghadiri kebaktian-kebaktian secara teratur, dan pertumbuhan rohani juga tidak terjadi otomatis dengan berlalunya waktu. 
  2. Pertumbuhan rohani itu diupayakan. Pertumbuhan meminta komitmen dan usaha untuk bertumbuh. Setiap orang harus ingin bertumbuh, memutuskan bertumbuh, serta berusaha untuk bertumbuh. Kemuridan dimulai dengan sebuah keputusan. Menjadi seperti Kristus merupakan hasil dari komitmen yang kita buat. Pertumbuhan rohani yang menuju kepada kedewasaan dimulai dengan komitmen yang digambarkan dalam Roma 6:13 “Tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang yang sudah dipindahkan dari kematian kepada hidup. Serahkanlah dirimu seluruhnya kepada Allah supaya dipakai (dijadikan alat dalam tangan Allah – FAYH) untuk melakukan kehendak Allah.”
  3.  Pertumbuhan rohani adalah suatu proses yang memerlukan waktu. Ia menggunakan proses perubahan setahap demi setahap untuk mengembangkan kita menjadi serupa dengan Kristus. Tidak ada jalan pintas menuju kedewasaan. Pertumbuhan rohani merupakan perjalanan yang akan bertahan seumur hidup. 
  4. Kedewasaan rohani dipertunjukkan lebih banyak melalui perilaku dari pada oleh kepercayaan. Kehidupan Kristen bukan hanya oleh kepercayaan, kehidupan ini meliputi kelakuan dan karakter. Kepercayaan harus disokong oleh perilaku. Perbuatan kita harus sesuai dengan kepercayaan kita. Hal ini dapat kita lihat dalam Yakobus 2:18 “Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." 
  5. Yang memperlihatkan kedewasaan rohani seseorang adalah buahnya, bukan pengetahuannya. 
  6. Orang Kristen membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk dapat bertumbuh. Kita tidak dapat bertumbuh dalam keterpisahan dari orang lain, kita bertumbuh dalam konteks persekutuan. Dalam Ibrani 10:24 “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Allah menginginkan agar kita bertumbuh dalam sebuah keluarga. 
  7. Kita membutuhkan berbagai pengalaman rohani dengan Allah untuk menghasilkan kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani yang sesungguhnya meliputi hati yang menyembah dan memuji Allah, membina dan menikmati hubungan kasih, menggunakan karunia-karunia serta talenta-talenta kita, dan melayani orang lain serta berbagi iman kita dengan orang yang terhilang
Tidak diombang-ambingkan oleh pengajaran Palsu (ayat 14)
Ayat 14: Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
That we henceforth be no more children, tossed to and fro, and carried about with every wind of doctrine, by the sleight of men, and cunning craftiness, whereby they lie in wait to deceive;
ινα μηκετι ωμεν νηπιοι κλυδωνιζομενοι και περιφερομενοι παντι ανεμω της διδασκαλιας εν τη κυβεια των ανθρωπων εν πανουργια προς τηνμεθοδειαν της πλανης. Transliter interlinear, hina {sehingga} mêketi {bukan lagi} ômen {kita adalah} nêpioi {kanak-kanak} kludônizomenoi {yang diombang-ambingkan oleh ombak} kai {dan} peripheromenoi {dibawa kesana-kemari} panti {oleh setiap} anemô {arus} tês didaskalias {dari ajaran} en {dengan} tê kubeia {bermain judi (kepandaiannya menipu)} tôn anthrôpôn {manusia} en {dengan} panourgia {kelicikan} pros {dengan} tên methodeian {tipu-muslihat} tês planês {yang menyesatkan}
νηπιος - nêpios = infans, anak-kecil yang tidak dapat berkata-kata, anak-kecil yang belum dewasa dalam arti yuridis (IKorintus 3:1; 13:11; Galatia 4:1,3). Arti kiasan: lemah, juga tentang pikiran, bodohlbebal, tidak berpengalaman (Roma 2:20; Ibrani 5:13). Dari konteksnya nyata, bahwa yang di maksudkan di sini dengan nepios ialah arti yang akhir ini" lemah,bodoh/bebal, bersifat sebagai anak-kecil.
Dengan kalimat negatif ini - yang diikuti sebentar oleh suatu kalimat positif-Paulus seolah-olah menyuruh anggota-anggota jemaat untuk membandingkan situasi mereka sekarang dengan situasi mereka dahulu, supaya dari perbedaan itu mereka berusaha mengatasi bahaya-bahaya yang sedang mengancam mereka. Ia katakan, bahwa mereka hukan lagi anak-anak-kecil, yang dapat dibodohi oleh orang-orang lain, seperti yang waktu mereka belum percaya dan dibaptis (Ibrani 5:11.). Benar mereka adalah anak-anak, tetapi anak-anak Allah dan Bapa Tuhan mereka, Yesus Kristus, dan karena itu anak-anak yang dewasa. Sebagai anak-anak yang dewasa, demikian Paulus, mereka tidak boleh (memberikan diri mereka) diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
Kludônizesthai = diempaskan oleh kludôn (ombak, gelombang) dan peripheresthai = diseret berkeliling, diseret ke sana ke mari. Kedua kiasan ini oleh LAI digabungkan menjadi satu dan diterjemahkan dengan "diombang-ambingkan". Apa yang Paulus maksudkan di sini dengan "rupa-rupa" angin pengajaran" tidaklah begitu jelas. Mungkin sarna dengan apa yang ia sebut dalam surat Kolose "ajaran-ajaran manusia" ("didaskalias tôn anthrôpôn", Kolose 2:22) dan yang ia jelaskan sebagai "filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran manusia dan roh-roh dunia" (2:8), jadi: ajaran kafir, ajaran bidat. Ajaran itu membahayakan pembangunan jemaat. Karena itu Paulus menasihati mereka, supaya mereka waspada dan, seperti yang telah kita dengar tadi, jangan (memberikan diri mereka) diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
Kubeia = permainan-judi. Kubeia dimainkan dengan pessoi di atas suatu pesson pentagrammon, artinya: disuatu papan yang dibagi oleh 5 X 5 baris atau 36 kotak persegi-empat. Dalam tangan pemain-pemain yang tidak jujur ("palsu"), permainan ini adalah suatu alat yang baik untuk menipu.  Panourgia = kelicikan, tipu-daya (1 Korintus. 3:19; 2 Korintus. 4:2; 11 :3; juga 12:6), adalah ciri permainan orang-orang yang tidak jujur, Maksud/tujuannya ialah, menurut nas kita, untuk menyesatkan.
Methodeia (Efesus 6:11) dalam Perjanjian Baru selalu dipakai untuk metode atau cara yang buruk: menipu, memperdayakan. Planê (adalah lawan dari alêtheia = kebenaran, 2 Tesalonika. 2:11;  1 Yohanes. 4:6, dan kawan dari dolos = tipudaya, ITesalonika. 2:3) sesat. tên methodeian tês planes = metode  atau  cara  yang  menyesatkan. Tetapi bukan secara negatif saja mereka harus berusaha mengatasi bahaya-bahaya itu. Juga secara positif, dengan melakukan kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala (ayat 15).

Teguh berpegang pada kebenaran (ayat 15a)
Ayat 15: Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. But speaking the truth in love, may grow up into him in all things, which is the head, even Christ:
αληθευοντες δε εν αγαπη αυξησωμεν εις αυτον τα παντα ος εστιν η κεφαλη ο χριστος. Transliter  interlinear, alêtheuontes {berpeganglah pada kebenaran} de {tetapi} en {dalam} agapê {kasih} auxêsômen {kita bertumbuh} eis {di dalam} auton {Dia} ta panta {(dalam) segala hal} hos {yaitu} estin {adalah} hê kephalê {kepala} ho khristos {yaitu Kristus}.
De (tetapi), menyatakan perbedaan dengan waktu dahulu. Ganti keragu-raguan dan ketidak-pastian sebagai ciri dari ketidak-dewasaan, mereka harus melakukan kebenaran di dalam kasih.
alêtheuontes = berpegang kepada kebenaran, yaitu pengrealisasian firman kebenaran atau pemberitaan kebenaran Injil (Galatia 2:5, 14; Kolose 1 :5) atau pemberitaan Kristus, menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus (Efesus 4:12). Karena dalam ayat 14 dikatakan "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran", maka ada penafsir (a.l. Bisping, Gros-heide, Huby, Percy, Staab, Von Soden) yang mau menterjemahkan alêtheuô dengan arti "berpegang kepada kebenaran", "memelihara kebenaran", dan lain-lain. Tetapi ada pula (a.1. von Leeuwen, Schlier) yang tidak menyetujuinya. Menurut mereka, alêtheuô berarti: memberitakan kebenaran.

Bertumbuh kearah Kristus (ayat 15b)
Penafsir-penafsir umumnya menganggap auxêsômen (auxanô = bertumbuh) sebagai intransit dari ta panta (segala sesuatu) sebagai adverb (konsep-terjemahan LAI dan terjemahan Bode). Schlier tidak setuju dengan anggapan itu. Sebab, menurut dia, kalau benar apa yang dikatakan oleh penafsir-penafsir itu, maka maksud/tujuan karunia yang diberikan oleh Kristus kepada anggota-anggota jemaat adalah sama saja dengan apa yang telah dikatakan dalam ayat 12. Kalau demikian, katanya, maka dengan singkat dapat disimpulkan jalan-pikiran itu sebagai berikut:
Kristus memberikan karunia-Nya untuk membangunkan tubuh-Nya, supaya dengan jalan itu kita, sebagai anggota-anggota jemaat yang telah dewasa, bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, berarti, demikian Schlier, bahwa ayat 14. hanya ulangan saja dari ayat 12 ., dan pertumbuhan dalam ayat 16. pun juga demikian. Dengan perkataan lain: dengan "mencapai manusia sempurna" (ayat 13), kita juga mencapai Dia, yaitu Kristus yang dikatakan dalam ayat 15. Kalau demikian, katanya (Schlier) sebagai kesimpulan,  ayat 15  adalah  suatu  tautologia. Hal ini tidak dapat ia terima. Ia sendiri, menerjemahkan ayat 15 sebagai berikut: "(dengan) mengatakan kebenaran di dalam kasih dan dengan jalan demikian membiarkan semesta alam bertumbuh ke arah Dia, yang adalah kepala, yaitu Kristus". Terjemahan ini ia dasarkan atas hal-hal yang berikut. Pertama: dalam ayat 13 maksud/tujuan telah tercapai, lebih daripada maksud/tujuan itu tubuh tidak dapat bertumbuh (auxanô) lagi. Dengan perkataan lain, yang bertumbuh dalam ayat 15 bukanlah tubuh, tetapi hal lain. Kedua: dalam surat Efesus dan Kolose kata ta panta -- yang diterjemahkan oleh LAI dengan "segala hal" dan oleh Bode dengan "segala sesuatu" - tidak dipakai sebagai adverb, tetapi sebagai istilah untuk semesta alam. Jadi, demikian Schlier, besar kemungkinannya, bahwa ta panta dalam ayat 15 ini juga berarti: kosmos, semesta alam. Kalau benar dugaan ini, katanya, maka mae in (auxanô harus dianggap sebagai transit (IKorintus. 3:6 . dan 2 Korintus. 9:10), sehingga maksud ungkapan dalam ayat 15 itu kira-kira seperti berikut: seluruh alam dibiarkan bertumbuh kearah Dia, yang adalah kepala, yaitu Kristus. Hal ini, menurut dia, sesuai dengan 1:22, di mana dikatakan, bahwa kepada jemaat diberikan Kristus sebagai "Kepala dari segala yang ada".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar