Rabu, 30 April 2014

Misi Dalam Perjanjian Lama (Sebuah Ringkasan)

Misi dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan pemilihan Israel sebagai bangsa yang dipilih Allah dan juga hubungan Israel dengan bangsa - bangsa lain. Untuk itu kita perlu memperhatikan 3 aspek dari pemilihan Israel, yakni :

Aspek Universalisme

Pada halaman pertama dari kitab suci, kita sudah diperhadapkan dengan perbuatan – perbuatan Allah terhadap seluruh dunia. Ia bertindak secara universal. Kisah penciptaan langit dan  bumi, dan penempatan manusia di dalamnya merupakan prasejarah bagi Israel, dan serentak pula sebagai prasejarah bagi keselamatan seluruh dunia (Kej 1-11). Tetapi prasejarah ini juga memperlihatkan bagaimana kejahatan merembes masuk kedalam dunia. Keadaan yang demikianlah, yangh menjadi latar belakang pemanggilan Abram (Kej 12). Ia dipanggil untuk pergi dari sanak saudaranya meninggalkan dunia orang kafir, tetapi Tuhan yang memanggil itu berjanji bahwa ia akan menjadi berkat untuk semua kaum dimuka bumi. Kisah pemilhan Abraham dan keturunannya merupakan persiapan bagi Israel yang berwujud keluaran dari Mesir. Dengan memilih umat Israel maka Allah mengarahkan pandanganNya keseluruh dunia. Dalam hubungan ini, maka pentinglah bunyi Keluaran 19 : 5 - 6. Kekudusan dan Keimaman menyatakan fungsi pelayanan. Selaku pengantara Israel juga melayani bangsa-bangsa lain (Yes 61 : 6).

Israel diantara segala bangsa merupakan suatu gambaran pemerintahan Allah dan suatu gambaran pelayanan selaku imam. Hal ini dinyatakan pula dalam Ul 7 : 6, dimana kasih sebagai dasar pemilihan ditekankan “Sebab engkaulah umat yang kudus bagi Tuhan, Allahmu; engkaulah yang dipilih oleh Tuhan, Allahmu dari segala bangsa diatas muka bumi untuk menjadi umat kesayanganNya sendiri”. Israel adalah suatu alat dalam tangan Tuhan, suatu tahap dalam rencana Allah. Yang dituju ialah keselamatan dunia.

Pemilihan atas Israel adalah jalan yang ditempuh Allah untuk mencapai tujuanNya, yaitu pengakuan namaNya oleh seluruh bangsa-bangsa. Universalisme – keselamatan dibentangkan pula dalam beberapa kitab lain seperti Rut, Yesaya 40-55, dan juga kitab Yunus. Dalam kitab Yunus dengan tegas menentang sikap partikularisme ( pembatasan keselamatan bagi diri sendiri saja). Dalam bentuk perumpamaan, kitab Yunus mau memperingatkan kepada orang-orang Yahudi yang berada dalam pembuangan bahwa mereka tidak boleh menjadi suatu rintangan antara Yahwe dan orang-orang kafir(bangsa lain). Yunus yang adalah orang Israel dipanggil untuk menyatakan rahmat Yahwe terhadap Niniwe.

Aspek Eskhatologia

Para nabi biasanya juga menyampaikan berita dari Allah kepada bangsa-bangsa. Seringkali mereka mengabarkan hukuman, baik kepada Israel maupun kepada bangsa-bangsa kafir, kadang hukuman atas Israel akan dilaksanakan oleh bangsa kafir, adakalanya kedengaran berita hukuman atas bangsa-bangsa akibat sikap mereka terhadap Allah Israel dan acapkali berita keselamatan untuk kedua-duanya, melihat keselamatan Israel, “maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, menguduskan Israel” Yeh 37: 28.

Di dalam pemberitaan para nabi selalu saja ada pengharapan bahwa bangsa-bangsa l;ain akan ditarik menuju pusatkehadiran Allah Israel, lalu bangsa-bangsa lain itu akan mengaku namaNya. Keselamatan eskhatologis digambarkan dalam PL melalui gambaran tentang datangnya bangsa-bangsa lain berarak-arakan kearah Sion. Kedatangan itu merupakan gerakan yang sentripetal, menuju pusat dimana tersedia keselamatan, dimana ada Yahwe dan umatNya, pusat kehadiranNya, pusat dunia. Bangsa-bangsa akan datang kepada Israel dan Allahnya.

Bukanlah Israel yang bertindak, bukanlah bangsa-bangsa yang bertindak tetapi Allah sendirilah yang bertindak terhadap Israel dalam pusat sejarah dan pusat dunia, dan dengan jalan demikian segala bangsa akan datang untuk melihat dan akhirnya untuk disangkut pautkan dalam drama - keselamatan. Disini bukanlah Israel yang menjadi saksi tetapi bangsa-bangsa akan menyaksikan apa yang terjadi di Israel, sehingga ad ketertarikan untuk mencari Allah Israel.

Masa Depan Mesianis

Di dalam pengharapan Israel akan masa depan, pemegang kunci ialah Almasih ( Mesias ) yang dijanjikan selaku pembawa keselamatan.atau lebih tepat lagi, Ia merupakan poros berkisarnya zaman yang akan datang, yang dipentingkan dalam gambaran tentang zaman yang akan datang itu ialah pemerintahan Tuhan atas Israel dan atas bangsa-bangsa lainnya, dan pemerintahan itu akan didatangkan dan dilaksanakan oleh oknum mesianis sebagai penyelamat. Sering kali pengharapan itu berpusat  pada diri Daud dan keturunannya yang akan memerintah dengan adil dan damai pada masa depan sebagai raja yang diberikan Allah. Kadang-kadang pula pengharapan mesianis berpaut pada orang yang diurapi Tuhan, baik yang memangku jabatan sebagai raja maupun sebagai imam dan juga sebagai nabi, ( Mzm 2, 110, dan Yes 61 ).

Perhatian khusus diberikan kepada Hamba Tuhan yang menderita seperti nampak dalam dalam Yes 40-55, yakni yang berbicara mengenai penderitaan sengsara. Masa depan mendekat hanyalah melalui sengsara, itulah penderitaan yang mendahului lahir zaman baru. Penderitaan ini merupakan “his” ( kesakitan beranak ) yang harus dialami atau yang diwakili oleh sisa-sisa umat Allah yang setia, yang kemudian pada akhirnya diwakili oleh seorang hamba Yahwe yang patuh. Jadi “his” mesianis ini menderita sebagai ganti orang lain. Ia mendirikan Israel memberikan kepadanya penghiburan dan kekuatan baru, terutama pengharapan untuk pulang ketanah airnya. Ia kan membuat Israel baru dengan memberikanya keadilan hukum. Dengan demikian ia menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang bagi bangsa. Keselamatan yang dikaruniakan Tuhan kepada kepada Israel mempunyai aspek universal, Israel yang dibaharui karena diberikan keselamatan dari Tuhan menjadi pembawa keselamatan sampai ke ujung buimi Yes 49 : 6. Keselamatan yang dari Allah Israel itu diperuntukan sampai ke ujung bumi. Ujung bumi berarti pinggir wilayah penciptaan atau pembatasan antara terang dan gelap. Dan kepada segala ujung bu8mi itu diserukan agar mereka berpaling kepada Tuhan, Yes 45 : 22. Jadi dalam hal ini peranan Israel tidak aktif keluar, tetapi pasif, yaitu menanggung penderitaan. Hamba itu menderita bagi Israel dan Israel menderita bagi banyak orang.

Persfektif terakhir ialah pembaharuan penciptaan, langit yang baru dan bumi yang baru, Yes 65 : 17 ; 66 : 22, dimana tidak aka nada lagi tangisaan dan penindasan dan juga kesia-siaan. Perspektif terakhir dari pengharapan Israel merupakan pada tindakan Allah melalui penciptaan langit dan bumi. Israel dipanggil untuk mengharapkan dan memprjuangkan suatu kerajaan damai bagi seluruh dunia. “Yang menjadi Penebusmu ialah yang maha kudus, Allah Israel. Ia disebut Allah seluruh bumi.

Dari pembahasan diatas, dapat kita ambil beberapa hal yang merupakan kesimpulan dari PL mengenai peran Israel. Disini kita lihat bahwa Israel mempunyai fungsi sebagai perantara dalam rencana Allah. Israel harus menerima dengan taat keselamatan yang dari Allah, janji-janjiNya dan hukum-hukumNya, supaya dapat memperlihatkan kepada bangsa-bangsa lain siapa Allah Israel, ia harus menjadi daya penarik bagi bangsa-bangsa lain. Fungsi sebagai perantara ini menegaskan bahwa Israel memiliki tiga aspek yakni, kerajaan, keimaman dan kenabian bagi dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar