Beberapa faktor yang menjadi dasar keberatan terhadap istilah Firman Allah antara lain:
- Karena konsep pemakaian Firman Allah terlalu berbau dogmatis
- Kesulitan-kesulitan hermeneutis
- Keberatan-keberatan theologis
Ada beberapa kelompok/pandangan yang menolak Alkitab adalah
Firman Allah, yaitu:
- Kelompok Skeptik/Agnostik: Mereka menolak dan bahkan mencemooh Alkitab, mereka beranggapan Alkitab bukanlah Firman Allah.
- Kelompok Liberalisme: Kelompok ini mengajarkan bahwa Alkitab bukan seluruhnya Firman Allah, tetapi Alkitab berisi Firman Allah dan sebagian hanyalah tulisan/karya manusia saja.
- Kelompok Neo-Ortodox: Kelompok ini mengajarkan bahwa kata-kata Alkitab menjadi Firman Allah jikalau Allah menggunakannya untuk menghadapi manusia dan pada saat manusia mengerti, kata-kata Alkitab itu menjadi Firman Allah baginya. Jadi Alkitab bukan Firman Allah tetapi dapat menjadi Firman Allah.
Pandangan
ketiga kelompok tersebut di atas adalah salah, karena Alkitab tidak mengajarkan
demikian, pandangan yang benar yaitu, Alkitab adalah Firman Allah[1].
Pandangan Konservatif menyatakan
bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Pandangan ini yang percaya bahwa seluruh
Alkitab (setiap kata) adalah kebenaran dari Allah. Tidak ada bagian yang tidak
diinspirasikan. Alkitab ditulis atas ilham/ inspirasi Allah. Alkitab diilhamkan
secara verbal kata demi kata secara lengkap. Perhatikanlah kedua bagian ayat
Alkitab yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan di atas, 2 Timotius 3:16,
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah ...", 2 Petrus 1:21,
"Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." Jadi kata demi
kata yang ditulis dinafaskan Allah atau berdasarkan dorongan Roh Kudus. Allah
menafaskan firman-Nya ke dalam hati, pikiran dan mulut hamba-hamba-Nya sehingga
mereka hanya mengemukakan apa yang terlebih dahulu ditaruh Allah dalam hati dan
pikiran mereka, tetapi Ia menuntun manusia untuk menuliskan dalam bahasa
manusia dan dimengerti oleh manusia sendiri.
Pemakaian kata
Firman Allah
- Istilah ini dengan jelas pertama-tama mengacu kepada segala sesuatu yang telah diucapkan Allah secara langsung. Ketika Allah berbicara kepada Adam dan Hawa (mis. Kej 2:16-17; 3:9-19), yang diucapkan-Nya itu adalah firman Allah. Demikian pula, Allah berfirman kepada Abraham (mis. Kej 12:1-3), Ishak (mis. Kej 26:1-5), Yakub (mis. Kej 28:13- 15), dan Musa (mis. Kel 3:1-4:31). Allah juga berfirman kepada seluruh bangsa Israel di Sinai ketika menyebutkan Sepuluh Hukum (lih. Kel 20:1-19); kata-kata yang mereka dengar adalah firman Allah.
- Di samping berfirman secara langsung, Allah juga berfirman melalui para nabi ketika para nabi berbicara kepada umat Allah, pada umumnya mereka mendahului pernyataan mereka dengan, "Beginilah firman Tuhan," atau, "Firman Tuhan kepadaku." Jadi, ketika bangsa Israel mendengarkan perkataan seorang nabi, mereka mendengarkan firman Allah[2].
- Hal yang sama berlaku bagi apa yang dikatakan para rasul PB. Sekalipun mereka tidak mendahului pernyataan mereka dengan, "Beginilah firman Tuhan," apa yang mereka ucapkan dan beritakan sungguh-sungguh adalah firman Allah. Sebagai contoh, khotbah Paulus kepada penduduk Antiokhia di Pisidia (Kis 13:16-41) menciptakan kegemparan sehingga "pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah" (Kis 13:44). Paulus sendiri mengatakan kepada jemaat di Tesalonika bahwa "kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah" (1Tes 2:13; bd. Kis 8:25).
- Segala sesuatu yang dikatakan Yesus adalah firman Allah karena Dia itu juga Allah (Yoh 1:1,18; 10:30; 1Yoh 5:20). Lukas, penulis Injil ketiga, menyatakan secara jelas bahwa ketika orang banyak mendengar Yesus, mereka mendengarkan firman Allah (Luk 5:1). Perhatikan bagaimana dalam kontras dengan para nabi PL yang umumnya mengatakan, "Beginilah firman Tuhan," Yesus mulai perkataan-Nya dengan, "Aku berkata kepadamu, ..." (mis. Mat 5:18,20,22,32,39; 11:22,24; Mr 9:1; 10:15; Luk 10:12; 12:4; Yoh 5:19; 6:26; 8:34); dengan kata lain, Ia memiliki kekuasaan ilahi di dalam diri-Nya sendiri untuk mengucapkan firman Allah. Demikian pentingnya mendengar perkataan Yesus sehingga "barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum" (Yoh 5:24). Sungguh, begitu dekat hubungan Yesus dengan firman Allah sehingga Ia disebut "Firman itu" (Yoh 1:1,14; 1Yoh 1:1; Wahy 19:13-16.
- Firman Allah adalah catatan tertulis tentang apa yang dikatakan oleh para nabi, rasul, dan Yesus Kristus -- yaitu, Alkitab. Di dalam PB, tidak menjadi soal apakah penulis memakai frasa "Musa mengatakan", "Daud mengatakan", "Roh Kudus mengatakan", atau "Allah mengatakan", (lih. Kis 3:22; Rom 10:5,19; Ibr 3:7; 4:7); apa yang tertulis dalam Alkitab adalah firman Allah[3]
Alkitab
mengajarkan dan membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab yang
terdiri dari 66 kitab yang ditulis oleh kurang lebih 40 orang yang berasal dari
berbagai golongan masyarakat, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi yang
berbeda dan dalam situasi yang berbeda serta kebanyakan tidak saling mengenal
yang di antara mereka ada raja, perdana menteri, seniman, filsuf, dokter,
nelayan, petani, peternak, dan sebagainya dan ditulis dalam tiga bahasa yakni
Ibrani, Aramik dan Yunani, dalam jangka waktu perampungan penulisan kurang
lebih 1600 tahun. Namun ke-66 kitab tersebut merupakan satu kesa¬tuan yang
mengherankan dan dibalik semua itu ada satu tema pokok yang sama dari semua
tulisan itu ialah "Penebusan melalui Kristus". Hal ini dapat terjadi
karena Allah yang bekerja.
Alkitab
mengajarkan dan membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Misalnya
pernyataan-pernyataan kepada Musa (Keluaran 14, 16, dll). Kepada Musa Allah
memerintahkan untuk menulis (Keluaran 17:14, 34:27). Para penulis Alkitab
berkemampuan dan dijamin serta dipercayai dapat memberi kesaksian dan mengajar
kebenaran ilahi karena mereka adalah saksi-saksi mata (Kisah 2:32, 1 Korintus
15:5-8, Ibrani 1:1).
Sejarah dan
nubuatan yang digenapi membukti¬kan bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Nubuatan
tentang Tuhan Yesus dalam Perjanjian Lama, tentang kelahiran-Nya, kematian dan
kebangkitan-Nya nyata dengan jelas penggenapannya dalam Perjanji¬an Baru.
Nubuat tentang 4 kekaisaran dunia yaitu akan kejayaan kekuasaan dan kejatuhan
kekaisaran Babilonia, Mediparsi, Yunani dan Romawi terbukti benar dalam sejarah
dunia, serta keberadaan bangsa Israel dalam kanca sejarah dunia.
Dari sudut
pandang ilmu pengetahuan membuktikan bahwa Alkitab benar adalah Firman Allah.
Galilio, seorang Ilmuwan mengadakan penyelidikan dan menyimpulkan bahwa bumi
ini bentuknya adalah bulat dan Columbus pada abad XV mengadakan perja¬lanan
laut mengelilingi dunia dan membuktikan bahwa bumi ini benar bulat. Tetapi jauh
sebelum kedua tokoh tersebut menyatakan demikian, Alkitab jauh sebelumnya sudah
menyatakan bahwa bumi ini bulat (Yesaya 40:21-22; Amsal 8:27) dan disamping itu
bukti ilmu pengetahuan mendukung pernyataan Alkitab bahwa bumi ini
berada/tergantung pada kehampaan (Ayub 26:7). Cobalah anda memandang ke langit,
dapatkah anda menghitung jumlah bintangnya? Orang-orang mencoba untuk
menghitungnya. Misalnya hasil perhitungan Hiparchus (200 M), berjumlah 1.022
bintang sedangkan menurut Ptole¬my (220 M), berjumlah 1.026 buah, manakah yang
benar dari keduanya? Alkitab menyatakan bahwa sesungguhnya jumlah bintang di
langit, sama halnya dengan pasir di laut tidak akan terhitung tepat jumlahnya
(perhatikanlah apa yang tertulis dalam Kejadian 15:5; 22:17 dan Yeremia 33:22).
Selanjutnya
dari penemuan kepurbakalaan akan bukti-bukti peninggalan sejarah sebagaimana
tercantum dalam Alkitab dan penemuan naskah-naskah kuno Alkitab (seperti
penemuan yang tidak dengan sengaja seorang penggembala berkebangsaan Arab akan
gulungan-gulungan naskah kuno di gua Qumran di tepi laut mati yang dikenal
dengan "The Dead Sea Scrolls") membuktikan bahwa Alkitab benar.
Alkitab adalah Firman Allah[4].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar