INJIL
1. Nama
Kata Arab-Indonesia ‘Injil’ adalah suatu turunan dari kata Yunani "eu-ang-gelion" dan kiranya liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Injil adalah kitab jang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Suci orang-orang Keristen. Karenanya kata "Injil" kerap kali tidak hanya berarti apa yang kita sebut "Injil" (tertulis), tetapi juga seluruh Perjanjian Baru, yang memang menurut artikata aselinya boleh dikatakan "Injil" juga.
Tetapi kata Yunani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) yang baik (eu) atau yang menggembirakan. Artinya lalu meluas menyadi segala sesuatu yang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanya upah yang diberikan kepada pesuruh yang menyampaikan kabar itu. Kabar itu dapat juga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perjanjian baru, chususnya Paulus, seringkali menggunakan istilah "injil" yang kiranya diambil bukan dari bahasa Yunani profan, melainkan dari Kitab Suci Perjanjian Lama (terjemahan Yunani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1 dll.). Dalam Perjanjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Yesus sendiri - Injil adalah berita atau kabar tentang Yesus, tegasnya keselamatan yang telah dikerjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Yesus Kristus. Kabar itu merangkum Yesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataan-Nya. Dalam seluruh Perjanjian Baru kata itu belum juga menunyukkan suatu injil tertulis, suatu kitab (juga dalam II Kor 8:18 tidak). Semenyak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan injil tertulis, kitab injil. Injil yang satu ada empat rupanya, injil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes. Tetapi dalam Perjanjian Baru "Injil" selalu kabar lisan tentang diri Yesus dan karya-Nya.
2. Jadinya injil tertulis
Maka "Injil" itu bukanlah suatu kitab yang berangsur-angsur diturunkan Allah kepada Yesus, lalu dibawakan oleh-Nya dan achirnya tercatat, seperti misalnya Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Injil" suatu kitab sedemikian itu. Yesus memang memaklumkan Injil (Luk 4:43; 20:1), jaitu kabar tentang Kerajaan Allah yang sudah tiba didalam diri Yesus. Tetapi Ia sendiri kiranya tidak menulis sepatah katapun.
Setelah Yesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannya dengan secara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanya tidak lagi "Kerajaan Allah", melainkan karya penyelamatan yang sudah dikerjakan Allah dengan perantaraan Yesus, yang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Injil memberikan kesaksian tentang Yesus dan karya penyelamatan-Nya (bdk. Luk 24:48; Kis 1:8).
Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperinci, meskipun pada pokoknya tetap sama. Secara singkat dan padat Injil dimaklumkan kepada orang yang belum beriman (dinamakan kerygma) yang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, percaja akan Yesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Jahudi atau orang-orang kafir (bdk. Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Yesus sebagai penebus dan penyelamat. Tetapi bagi orang-orang yang sudah beriman pemakluman itu diperluas menyadi pengajaran (dinamakan katekesis atau didache). Kejadian-kejadian sehubungan dengan wafat-Nya dan bangkit-Nya Yesus diperincikan; ditambah pula ajaran yang telah disampaikan Yesus serta kejadian dan hal-ihwal dari riwajat hidup-Nya sejauh dianggap penting. Tetapi ciri Injil itu tetap sama juga, jaitu kesaksian tentang Yesus yang diberikan oleh orang yang percaja akan Dia sebagai satu-satunya Penebus dan Penyelamat.
Tetapi tidak hanya bahan dan isi Injil bertambah besar dan semakin terperinci, tetapi bahan itu juga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat yang maju maupun dengan situasinya. Para rasul serta pembantunya tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwajat hidup Yesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat yang sudah ada. Maka itu Injil tidak hanya memberikan kesaksian tentang Yesus, tetapi juga tentang iman umat serta keadaannya yang nyata. Misalnya kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus tidak diberitakan sebagaimana nyata terjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat yang percaja akan Yesus yang bangkit dari alam maut. Banyak hal yang waktu terjadi sangat tidak jelas arti dan maksudnya dibuat menyadi terang sekali. Mukjijat yang dikerjakan Yesus diperbesar (dan malah ditambah jumlahnya), supaja semakin terang siapa Yesus. Mukjijat itupun diartikan cara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat juga. Perkataan-perkataan Yesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. Ajaran-Nya diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, yang belum terang waktu Yesus sendiri mengajar. Kesemuanya itu bercampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa yang nyata terjadi dan apa yang sesungguhnya dikatakan Yesus dari apa yang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Injil. Terang juga bahwa perkembangan Injil tersebut tidak dimana-mana menempuh jalan yang sama. Ia berkembang kepelbagai jurusan. Tapi umumnya tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka yang tetap dan sama. Itu perlu supaja dapat dihafalkan dan kembali diceritakan secara teratur sedikit.
Tahap perkembangan Injil yang ketiga dan terachir, ialah kitab-kitab Injil tertulis. Memang cukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnya sebagai pedoman untuk para pengajar Injil. Maka itu disana-sini orang mulai mencatat ajaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. (Luk 1:1). Kita tidak lagi dapat mengenal injil-injil tertulis yang mendahului injil-injil kita. Tapi sudah pastilah ada injil-injil tertulis, yang lebih kurang besar dan luas. Jang pertama-tama dituliskan ialah kiranya suatu kisah cukup luas dan terperinci tentang wafat-Nya dan bangkit-Nya Tuhan dari alam maut. Boleh jadi ada juga kumpulan-kumpulan perkataan, wejangan dan perumpamaan Yesus atau kumpulan mukjijat-mukjijat yang telah diperbuat-Nya. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanya itu. Sedikit dapat disimpulkan dari injil-injil yang tersedia bagi kita. Jang paling terachir kiranya kisah tentang masa muda Yesus, sebagaimana sekarang termuat dalam injil karangan Mateus dan Lukas. Dalam injil karangan Markus belum ada juga. Empat karangan achirnya umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan cukup lengkap tentang iman umat dijaman para rasul. Iman jaman itulah menyadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selanyutnya.
Keempat karangan itu ialah injil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), injil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh jadi injil karangan Mateus dalam bahasa Yunani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu injil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian injil terachir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Achirnya Injil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Injil karangan Yohanes (sekitar th. 95 masehi).
3. Injil-injil Sinoptis.
Ketiga Injil yang terdahulu, jakni injil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnya disebut "Injil-injil sinoptis." Istilah Yunani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga injil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga lajur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga injil itu pada umumnya sejalan ceritanya. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga injil tersebut sejalan dan itu lalu menimbulkan masalah yang lazimnya disebut "masalah sinoptis".
Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga injil tersebut (kisah masa muda Yesus dipotong) sangat sejalan, baik dalam urutan ceritanya maupun dalam bahan yang disajikannya. Ada tiga bagian jaitu: tampilnya Yesus serta kerja-Nya di Galilea, lalu Ia pergi ke Judea dan beberapa lamanya bekerja disana, dan achirnya kisah tentang sengsara serta kebangkitan-Nya. Memang tidak harus demikian susunannya. Terbukti hal itu oleh injil keempat, karangan Yohanes, yang urutannya berbeda sama sekali. Yesus mulai bekerja di Judea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Judea; kembali ke Galilea, ke Judea lagi. Dalam ketiga injil yang terdahulu, Yesus hanya sekali pergi ke Jerusjalem, tapi menurut injil karangan Yohanes sekurang-kurangnya tiga kali. Kesamaan bahan ketiga injil yang terdahulu serta caranya bahan itu disajikan juga menyolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh injil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan yang tidak kurang besar antara ketiga injil tersebut. Masing-masing injil mempunyai bahan chusus, yang tidak ada dalam injil-injil lain. Meskipun cerita-ceritanya kadang-kadang secara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muncul perbedaan yang tidak kecil. Demikianpun urutan cerita-cerita yang sama sekonyong-konyong terputus, entah karena apa. Masalahnya mungkin menyadi paling jelas dengan diberikan suatu contoh konkrit, meskipun hanya dalam bahasa aselinya dirasakan baik-baik.
Kemudian tibalah Yesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanya kepada para murid-Nya: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada yang menyebutnya Yohanes Pembaptis, yang lain Elias, yang lain pula Jeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah yang hidup. Maka ujar Yesus kepadanya..... (seluruh janyi kepada Petrus)..... Lalu Ia menyuruh murid-murid-Nya supaja yangan memberitahukan kepada siapapun jua, bahwa Ialah Kristus.
Dan Yesus serta murid-murid-Nya bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah jalan ia bertanya kepada murid-muridnya, kata-Nya: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanya: Yohanes Pembaptis, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanya kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanya: Engkaulah Kristus. (janyi kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnya tidak) Dan Yesus mengancam mereka, supaja jangan-jangan berbicara tentang-Nya.
Dan terjadilah ketika Yesus sedang berdoa ditempat sunyi para murid ada serta-Nya. Dan Ia bertanya kepada mereka, katanya: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanya: Yohanes Pembaptis, yang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala yang bangkit kembali. Kata Yesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menyebut Aku? Maka Petrus menyahut: Kistus dari Allah, (janyi kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengancam mereka sambil melarang, supaja itu jangan dikatakannya kepada siapapun jua.
Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali janyi kepada Petrus. Tapi yang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnya.
Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banyak dipikirkan dan puluhan sistem yang berusaha memecahkannya. Dewasa ini penyelidikan sedikit banyak dijalan buntu. Tidak ada satu sistem yang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai contoh beberapa sistem disajikan disini. Jang satu berpendapat dapat memecahkan soalnya dengan tradisi lisan. Ketiga injil sinoptis berangkat dari tradisi lisan yang sama, jakni tradisi umat di Judea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga jurusan. Masing-masing jurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga injil itu berasal dari tradisi lisan yang menyadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selanyutnya. Achirnya ketiga arus itu dibukukan dalam injil-injil kita.
Suatu sistem yang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga injil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) yang tertulis. Sumber yang satu ialah injil karangan Markus (atau: injil yang mendahuluinya dan disebut "pra-Markus") dan sumber yang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Yesus (logia). Adanya kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Yohanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Djerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnya, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, yang kurang penting. Masing-masing penginjil mempunyai sumber tersendiri-sendiri.
Kedua teori tersebut, jakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis acap kali digabung menyadi satu: penginjil-penginjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.
Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga injil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnya diterima bahwa injil Markus adalah yang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanya. Lain-lain orang menyisipkan antara Lukas dan Markus suatu injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Markus dan Lukas menggunakan Injil karangan Mateus itu. Tetapi saduran injil Mateus dalam bahasa Yunani (seperti sekarang ada) menggunakan injil karangan Lukas juga. Lain teori menempatkan injil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.
Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah jelas kiranya betapa berbelitnya masalah sinoptis. Tidak ada banyak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori yang berhasil memecahkan seluruh soalnya.
4. Injil karangan Yohanes.
Habis membaca ketiga injil yang terdahulu dan membuka injil yang keempat orang serta merta merasakan diri didunia yang lain sama sekali. Djika sipembaca berpendapat sudah mengenal Yesus serta karya-Nya, maka kini menyadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam injil keempat ini mempunyai ciri chas dan perbedaan dengan injil-injil lainnya menyolok mata. Sejak dahulukala injil karangan Yohanes suka disebut "injil rohani" dan sebutan itu sungguh menunyukkan sifatnya yang chas.
Kesamaan bahan - kecuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan cukup besar juga - hampir tidak ada. Jang sama hanya yang berikut ini: tampilnya Yohanes Pembaptis sebagai perintis Yesus (Joh1:19-39: tapi tidak dikatakan Yesus dibaptis oleh Yohanes), penyembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum (Joh 4:46-53), perbanyakan roti secara ajaib (Joh 6:1-13), Yesus berjalan dipermukaan air tasik (Joh 6:1-13). Tetapi caranya peristiwa yang sama diceritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ayat-ayat atau bagian yang mungkin mengingatkan sesuatu yang diceritakan oleh para sinoptisi juga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Yohanes umumnya tidak menceritakan banyak peristiwa, tapi terutama perkataan Yesus.
Djalan kehidupan Yesus dalam injil keempat cukup berbeda dengan jalannya dalam ketiga injil lain. Menurut ketiga dinoptisi Yesus hanya sekali saja pergi ke Jerusjalem. Tapi menurut injil keempat Ia seringkali tampil dikota suci itu. Yesus seolah-olah pulang-pergi dari Jerusjalem (Judea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Yohanes pada permulaan kehidupan Yesus (Joh 2:13-17), pada hal oleh injil-injil lain ditempatkan pada achirnya (Mar 11:15-19).
Perbedaan paling menyolok mata dalam perkataan Yesus. Dalam ketiga injil yang terdahulu wejangan-wejangan Yesus (juga kalau cukup panyang) terdiri atas pepatah singkat-padat yang umumnya cukup jelas artinya, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam injil karangan Yohanes wejangan-wejangan Yesus berupa ulasan-ulasan teoretis yang panyang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukjijat). Wejangan-wejangan itu memberikan kepadanya arti rohani serta mengartikannya sebagai tanda. Wejangan-wejangan Yesus biasanya agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannya atau orang-orang lain. Anehnya lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Yesus berbicara atau Yohanes Pembaptis maupun pabila si penginjil menyanyikan renungan-renungannya sendiri.
Terang sekali dalam injil keempat itu diketemukan suatu tradisi yang tersendiri. Tradisi ini menempuh jalan perkembangan yang amat berlainan dari jalan tradisi sinoptis. Mungkin sipenginjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnya tidak menggunakannya dan terang-terang tidak mengindahkannya. Dalam tradisi Yohanes lebih jauh dilanyutkan apa yang sudah dimulai tradisi sinoptis, jaitu: kejadian-kejadian dari kehidupan Yesus serta ajarannya ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat yang baru. Memang dasar terachir kedua tradisi itu sama, jakni diri Yesus serta ajaran-Nya. Tetapi tradisi tentang-Nja menempuh dua jalan yang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (yang umumnya sama) dan ada tradisi Yohanes.
Injil karangan Yohanespun kiranya tidak sekali jadi digubah. Dibelakangnya ada suatu tradisi lisan yang lama kelamaan berkembang dan achirnya dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Yohanes dan terus dipimpin olehnya. Dalam pembukuan terachirpun pengaruhi rasul itu kiranya besar sekali. Tetapi kitabnya ini mungkin tidak ditulisnya dengan tangan sendiri.
Mengapa Ada 4 Injil ?
Shalom,
Sehubungan dengan pertanyaan Sdr. Sanyaya, di bawah ini saya lampirkan cuplikan dari rubrik 'Problem Anda' berjudul "Mengapa ada Empat Injil?" Majalah Rohani "Bahana" edisi Maret 2002. Maksud dari cuplikan ini adalah sekedar memberikan gambaran dahulu kepada Sdr. Sanyaya mengenai keempat Injil yang diakui umat Kristen. Sedangkan artikel mengenai "Injil Barnabas" akan saya post kemudian. Silakan menyimak:
Mengapa ada Empat Injil ?
Pertanyaan: Mengapa ada empat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes)? Dapatkah Bapak memberikan penyelasan yang singkat, jelas dan mudah dimengerti?
Terima Kasih.
Tertius Wahyudi, Surakarta, Jawa Tengah
Jawaban: Sesuai permintaan Anda, saya akan mencoba menyawab dengan singkat, jelas, dan mudah dimengerti.
Empat Injil, sebagaimana diketengahkan secara berurutan di dalam Perjanjian Baru adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, mengapa empat? Tidakkah satu saja memadai? Lukas menjelaskan pada awal dari tulisannya bahwa dia menyadari adanya tulisan-tulisan lain tentang kehidupan Yesus. Tetapi dia juga mengatakan bahwa masing-masing tulisan ini didasarkan pada laporan yang disampaikan oleh para saksi mata "seperti yang telah disampaikan kepada kita" (Luk. 1:1-3).
Pada sekitar pertengahan abad kedua, jumlah tulisan-tulisan tentang riwayat kehidupan Yesus yang disebarluaskan menyadi lipat kali ganda banyaknya, tetapi hanya empat yang memiliki meterai saksi mata dan otoritas dan memenuhi persyaratan untuk diakui sebagai tulisan Injil yang asli dan dapat dipercaya. Origen, (sebagaimana dicatat oleh Eusebius, Historia Ecclesiastica, VI, 25, dalam International Standard Bible Encyclopedia, dikutip dari Quick Verse 6.0) mengatakan "Keempat Injil, itu sajalah yang diterima dengan tanpa diperdebatkan oleh gereja Allah di bawah langit." Dalam kenyataannya, keempat Injil tersebut merupakan inti dari apa yang oleh Justin Martyr disebut sebagai "Memoirs of the Apostles" (Riwayat hidup yang dicatat oleh para Rasul) yang "dibaca setiap minggu di dalam perkumpulan orang-orang Kristen," dan oleh Irenaeus dianggap sebagai empat "pilar" dari Gereja (Justin Martyr, Irenaeus, ISBE, dikutip dari Quick Verse 6.0).
Keterangan ringkas sehubungan dengan keempat Injil dimaksud adalah sebagai berikut :
- Matius
Menurut tradisi Gereja mula-mula, Injil pertama yang didaftar dalam Perjanjian Baru ditulis oleh Matius, salah satu dari murid Yesus. Pada mulanya diperkirakan ditulis dalam bahasa Aram untuk Gereja di Galilea, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Gerika, agar dapat dipergunakan secara lebih luas oleh umat Kristen di seluruh dunia. Di dalam Injil Matius banyak dijumpai istilah- istilah Aram yang sangat dikenal dan adat kebiasaan masyarakat Yahudi pada abad pertama.
- Markus
Tradisi mengklaim dengan kredibilitas yang tinggi, bahwa Injil Markus ditulis oleh "Yohanes yang disebut juga Markus" (Kis. 12:25), masih ada hubungan keluarga dengan Barnabas (Kol. 4:10). Berdasarkan tradisi awal, dia bertindak sebagai juru tulis atau sekretaris Petrus. Oleh karena itu, Injil yang ditulisnya tidaklah salah kalau disebut juga sebagai catatan dari pengajaran Petrus tentang Injil.
- Lukas
Sebagaimana kita lihat dari catatan pendahuluan, Injil ini secara spesifik ditujukan kepada seorang yang bernama Teofilus - "supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar" (Luk. 1:3-4). Injil ini ditulis dalam bahasa Gerika yang sangat bagus, menunyukkan ciri seseorang yang benar-benar ahli (beberapa mengatakan "bahasa sarjana"), dan penulisnya adalah Lukas, "tabib (atau dokter) yang kekasih" (Kol. 4:14). Sebagai seorang tabib atau dokter, Lukas barangkali memiliki kesempatan untuk berbicara mengenai hal-hal atau perkara-perkara yang bersifat pribadi dengan ibu Yesus, dan pandangan-pandangan Maria lebih banyak direfleksikan di dalam Injil tulisan Lukas daripada di dalam ketiga narasi yang lain.
- Yohanes
Dari keempat Injil, Injil tulisan Yohanes adalah unik, karena mencatat banyak aspek dari kehidupan Yesus yang tidak dijumpai di dalam ketiga narasi yang lain. Sejak awal penulis dikenal sebagai Rasul Yohanes, dan biasanya dikenal sebagai "murid yang dikasihi Yesus" (Yoh. 13:23; 19:26; 20:2,7,20). Maksud tujuan dari Injil yang ditulis oleh Yohanes adalah "supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup di dalam nama-Nya" (Yoh. 20:30-31).
Selanyutnya, sebagai tambahan informasi: Di dalam Yehezkiel 1:10, dijumpai deskripsi mengenai "empat makhluk hidup" sekeliling takhta Allah, masing-masing mempunyai empat muka. Empat muka itu dijelaskan sebagai berikut: "Muka mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang." Para penafsir Alkitab mengatakan bahwa ini juga merupakan suatu gambaran yang indah sehubungan dengan sifat dari empat Injil.
- Matius
Muka singa - Injil ini menampilkan Yesus sebagai sebagai pewaris takhta Daud - "Singa dari Yehuda" (Why. 5:5). Ditujukan terutama untuk orang-orang Yahudi dan menekankan Yesus sebagai Raja.
- Markus
Muka lembu - Injil tulisan Markus ini ditujukan pada orang-orang Roma, dan menampilkan Yesus sebagai hamba dari semua.
- Lukas
Muka manusia - Injil tulisan Lukas ini menampilkan Yesus sebagai manusia yang sempurna, karena ditulis terutama untuk orang-orang Gerika.
- Yohanes
Muka rajawali - Injil Yohanes berfokus pada keilahian Kristus, sebagai Anak Allah yang kekal yang datang ke dunia dalam wujud manusia, dan dimaksudkan untuk dibaca oleh orang-orang Kristen.
Masing-masing Injil mempunyai maksud tujuan yang berbeda, yang mempertajam isi dari narasi. Namun demikian, riwayat yang ditulis tetap sama. Semuanya saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang Yesus, Sang Juruselamat.
Semoga jawaban ini sesuai dengan yang Anda harapkan. Tuhan memberkati.
Paulus Trimanto Wibowo, M.Div., MACS, M.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar