Oleh: Yakob Tomatala
Pendahuluan
Abad XXI atau milenium III telah merekah dan sedang
kita jalani. Suatu kecenderungan atau trend yang dapat di prediksi ialah bahwa
abad ini ditandai oleh mekanisme kehidupan global yang kompleks yang berujung
kepada tantangan yang semakin kompleks pula. Gereja yang adalah "Societies
Deo" di tengah masyarakat makro dihadapkan kepada tantangan tersendiri
yang khas dengan beragama masalah yang ditimbulkannya pula. Menyikapi kondisi
ini adalah bijak untuk merenungkan kata-kata hikmat dari Martin Luther yang
mengatakan, "Kita tidak dapat melarang burung-burung untuk beterbangan di
atas kepala kita, tetapi kita dapat menghalau mereka jika ada yang mau membuat
sarang di atas kepala kita." Dari perspektif ini, dapatlah dikatakan bahwa
kita tidak dapat menghalangi tantangan atau sumber tantangan terhadap diri
kita, tetapi kita dapat dan perlu mengambil sikap untuk menghadapi serta
memberi jawaban kepada setiap tantangan.
Memanfaatkan momentum perhelatan ini dalam kancah
sejarah abad XXI, di mana di depan kita dapat terlihat ada tanggung jawab
kepemimpinan dan tantangan di abad XXI ini, kita perlu mengajukan suatu
pertanyaan realistis. "Dapatkah para pemimpin Kristen melaksanakan
tanggung jawab kepemimpinannya sedemikian rupa sebagai 'garam dan terang' dunia
yang dapat menggarami dan menerangi dunia dengan pengaruh serta nilai
positif?" Pertanyaan yang diajukan ini menyodorkan kepada kita tantangan
sekaligus tanggung jawab untuk memberikan jawaban yang tuntas sebagai
pertanggungjawaban iman kepada Allah yang menempatkan kita ke dalam dunia
sebagai komunitas iman.
Melihat dari sudut pandang atau perspektif
kemanusiaan, di mana kondisi gereja yang sering disebut minoritas dan terpuruk
oleh tantangan dalam konteks kehidupannya, orang boleh saja bersikap pesimistis
dan berbicara dengan nada miris. Tetapi dilihat dari sudut pandang Allah, dapat
dipastikan bahwa tantangan kepada gereja yang harus disambut sebagai "critical
testing of faith" menuntun kita kepada kenyataan bahwa gereja akhirnya
menemukan dan membuktikan diri sebagai "Victorius Church". Dengan
demikian, bagi kita ada optimisme untuk berkata bahwa gereja dan kepemimpinan
Kristen dapat mewujudkan pengaruhnya sebagai garam dan terang. Karena itu,
dapat dikatakan bahwa oleh rahmat Allah, kita dapat meyakini bahwa pemimpin
atau kepemimpinan Kristen dapat mengungguli tantangan di abad XXI dengan
membawa pengaruh positif, karena didasarkan atas kebenaran, pertama, pemimpin
Kristen terpanggil oleh Allah dengan integritas kepemimpinan yang lengkap untuk
memimpin. Kedua, pemimpin Kristen diteguhkan oleh Allah dengan kapasitas
kepemimpinan yang tangguh untuk memimpin. Ketiga, pemimpin Kristen dijamin oleh
Allah dengan kapabilitas kepemimpinan yang penuh untuk memimpin
Pemimpin Kristen Terpanggil Oleh Allah Dengan Integritas Kepemimpinan Yang Lengkap Untuk Memimpin
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas pesimis utama,
yaitu Allah yang oleh kehendak-Nya yang berdaulat telah menetapkan dan memilih
setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. Pesimis ini ditegaskan oleh
J. Robert Clinton yang mengatakan, "Pemimpin Kristen adalah seseorang yang
dipanggil Allah sebagai pemimpin, yang ditandai oleh kapasitas memimpin,
tanggung jawab pemberian Allah untuk memimpin suatu kelompok umat Allah
(gereja), mencapai tujuan-Nya bagi, serta melalui kelompok ini" (Clinton
1989:36).
Apa yang diungkapkan oleh Clinton di atas memiliki
beberapa implikasi penting yang harus dicermati, antara lain: Pertama,
panggilan Allah kepada seseorang untuk menjadi pemimpin adalah bersifat mutlak
(Yoh
3:27) di mana panggilan Allah merupakan dasar kepemimpinan
seorang pemimpin. Karena Allah memanggil, maka mereka yang terpanggil menemukan
diri terpanggil kepada tugas kepemimpinan. Panggilan Allah ini adalah panggilan
khusus, di mana Ia oleh rahmat-Nya memanggil seseorang menjadi pemimpin, yang
diawali dengan panggilan pembebasan kepada keselamatan-Nya (Band: Yoh
15:16; 10:28, 29; Rm 12:8; Ef
4:11-16; Kel
18:17-21; dan Kis
6:1-7).
Panggilan keselamatan dari Allah yang membebaskan dari
dosa adalah dasar bagi integritas diri seorang pemimpin Kristen. Seorang
pemimpin Kristen disebut baik, setia jujur, rajin, tahan uji, mempunyai mental,
bermoral, beretika, terpuji, dan sebagainya bukan karena ia memang baik, tetapi
karena ia adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus. Kenyataan
inilah yang menyebabkan penulis menegaskan dalam tulisan "Kepemimpinan
yang Dinamis" bahwa positive attitude atau positive thingking itu tidak
berada pada seseorang dengan sendirinya. Seorang berdosa menjadi positif,
karena ia tertebus oleh Kristus dari dosa dan diampuni di mana pertobatan
adalah wahana ia mengalami pengampunan dari Allah yang menjadikannya manusia
baru dengan hidup dan sikap serta pengalaman yang positif" (2 Kor
5:17; Ef
2:6-11; 1 Yoh
1:9). Panggilan kepada keselamatan ini memberi dasar bagi
integritas dan kredibilitas diri pemimpin. Dengan integritas dan kredibilitas
yang tinggi, maka hidup rohani, etis, dan moral pemimpin akan menampakkan
karakter yang agung di mana ia dapat disebut sebagai Christ Like Leader.
Pemimpin yang memiliki kehidupan yang menempatkan Kristus sebagai pusat dan di
atas segala-galanya seperti yang disinggung di atas adalah pemimpin yang
memahami hakikat dan tanggung jawabnya sebagai landasan untuk berkiprah dalam
kepemimpinan Kristen.
Kedua, Panggilan Allah atas pemimpin ini merupakan
dasar kekuatan rohani pemimpin, di mana kekuatan rohani ini merupakan dinamika
bagi integritas dan kredibilitas dirinya sebagai pemimpin Kristen. Dalam
perspektif Ibr
13:7, 17, pemimpin seperti ini adalah pemimpin model dan
pemimpin bertanggung jawab yang dapat dipanuti karena ia dengan rendah hati
menghidupi dan mempertahankan iman yang murni dan melaksanakan tugas kepemimpinannya
dengan penuh tanggung jawab. Sebagai pemimpin, ia dianggap kompeten dalam
bidang hidup rohani, karena kuasa penebusan Kristus oleh Roh Kudus yang
mengerjakan di dalam dirinya dinamika rohani yang mendewasakannya menjadi
pemimpin rohani yang handal. Pada sisi lain, sebagai pemimpin bertanggung
jawab, ia akan terbukti kompeten dengan kinerja yang membawa kebaikan bagi
semua pihak dalam kepemimpinannya.
Merujuk kepada kebenaran yang disinggung di atas,
dapatlah ditegaskan di sini bahwa dengan integritas dan kredibilitas diri yang
tinggi dari seorang pemimpin, ia dapat mencerminkan kehidupan etis dan moral
yang tinggi yang bermuara kepada karakter tinggi. Karakter rohani seperti ini
memiliki aroma yang kuat, yang dalam kaitan sosialnya dapat memberikan
kontribusi bagi pembangunan etis dan moral umat Allah dengan pengaruh positif.
Dengan demikian, pemimpin Kristen yang memiliki integritas seperti ini akan
menemukan bahwa dalam kinerja kepemimpinannya oleh rahmat Allah ia dapat
mewujudkan pengaruh positif yang akan meneguhkan orang-orang yang dipimpinnya
dengan kehidupan etis dan moral yang bertanggung jawab, sehingga ia disebut
kredibel. Pada sisi lain, ia dan orang-orang Kristen yang dipimpinnya dapat
menjadi sumber pengaman yang dengan kekuatan positif dapat melebarkan pengaruh
yang mengalahkan tantangan etis dan moral yang merongrong serta merusak
kehidupan bangsa.
Pemimpin Kristen Diteguhkan Oleh Allah Dengan Kapasitas Kepemimpinan Yang Tangguh Untuk Memimpin
Dari ulasan Prof. Dr. J. Robert Clinton di depan,
dapat dilihat bahwa panggilan Allah atas seorang pemimpin Kristen,
diteguhkanNya dengan kapasitas untuk pemimpin. Kapasitas yang dimaksudkan di
sini adalah bersifat inklusif, yang melibatkan segala faktor penting yang
berperan mewujudkan kepenuhan diri pemimpin. Yang dimaksudkan dengan pemimpin
Kristen dengan kapasitas penuh di sini ialah bahwa memiliki bobot, daya atau
kekuatan, yang menjadikannya lengkap dengan kecakapan atau kepandaian tinggi
untuk memimpin.
Disorot dari perspektif Alkitab, pemimpin Kristen
dilihat sebagai memiliki kapasitas tinggi, karena Allah mengaruniakan kharisma
kepemimpinan kepadanya sebagai dasar bagi kapasitas dirinya menjadi pemimpin
kompeten (Rm 12:8c).
Kharisma kepemimpinan ialah yang menjadi dasar kepenuhan diri pemimpin Kristen
yang menjadikannya sebagai pemimpin tangguh. Kharisma kepemimpinan ini memberi
kapasitas khusus kepada pemimpin, sehingga ia dapat berkembang secara ekstra
ordinari, menjadi pemimpin dengan kapasitas penuh. Pemimpin yang dirahmati
Allah dengan kharisma kepemimpinan ini meneguhkannya sehingga ia memiliki power
base (dasar kuasa) yang meneguhkan dirinya menjadi pemimpin kompeten.
Pada sisi lain, kapasitas pemberian Allah ini
mengandaikan adanya suatu tanggung jawab pengembangan diri, di mana pemimpin
hanya dapat mewujudkan kapasitas dirinya menjadi penuh apabila ia secara
bertanggung jawab menempatkan diri dalam suatu proses pengembangan kapasitas
yang mengembangkan diri dari kisi kognitif atau intelektual. Pemimpin perlu
secara arif menetapkan pengembangan wawasan pengetahuannya secara komprehen
yang olehnya ia dapat menjadi nara sumber yang berbobot. Di samping itu, ia
harus menekuni pengembangan wawasan kognitifnya dengan bidang keilmuan yang
khas, sehingga ia memiliki pengetahuan yang khas lebih di mana pada akhirnya
menempatkan dirinya sebagai berada di depan dari orang kebanyakan (Ams
19:8; 8:33). Hal ini akan terwujud apabila sang pemimpin
berhasil membuat "kekuatannya diperhitungkan orang" (Peter Drucker).
Kapasitas yang menandakan kepenuhan diri pemimpin
memberikan kepadanya kekuatan yang nampak pada kewibawaan khusus yang ada
padanya (Ams
24:5). Dengan kapasitas seperti ini, pemimpin memiliki
kemampuan kepemimpinan yang handal, di mana ia dapat membawa orang-orang yang
dipimpinnya lebih maju ke depan, karena seorang pemimpin dapat membawa kemajuan
kepada kepemimpinannya tergantung kepada kadar kapasitas kognitifnya yang ada
padanya. Penegasan ini menafikkan kenaifan pandangan sementara orang Kristen
yang menolak kemanfaatan pengembangan kapasitas kognitif (Pkb 12:12).
Pada sudut lain menolak pandangan yang salah tentang Allah yang dijadikan
sembrono karena Ia "memakai orang bodoh" (1 Kor
1:25-31). Perlu disadari bahwa pengembangan diri mengandung
tantangan dan resiko karena itu menuntut adanya kemauan kuat untuk berubah ke
arah kemajuan. Pada sisi lain, Allah hanya akan memakai orang-orang-Nya dengan
atau pada tingkat kapasitas yang berbeda, untuk melaksanakan tanggung jawab
kepemimpinan.
Dengan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan
kapasitas kemampuan kepada pemimpin-pemimpin Kristen diawali dengan kharisma
kepemimpinan yang dirahmatiNya kepada setiap pemimpin, hal mana memastikan
bahwa ada bobot, daya atau kekuatan dari Allah yang melengkapinya menjadi
pemimpin dengan kapasitas pasti. Dengan kapasitas dasar pemberian Allah ini,
setiap pemimpin Kristen yang dengan sadar membayar harga pengembangan
kapasitasnya, akan menemukan bahwa Allah akhirnya akan menempatkan dirinya pada
posisi leading edge yang akan take the lead dengan kapasitas tinggi yang
nantinya diperhitungkan oleh orang lain.
Mencermati apa yang telah diuraikan di depan, dapatlah
dikatakan bahwa Allah yang meneguhkan pemimpin Kristen dengan kapasitas pemberianNya
menjamin bahwa kepemimpinan Kristen dapat mewujudkan kebaikan tertinggi karena
kapasitas pemberian Allah tersebut. Dengan kapasitas kepemimpinan seperti ini,
pemimpin atau kepemimpinan Kristen dapat berdiri mempertanggungjawabkan imannya
dengan memimpin umat Allah menjadi dan membawa berkat kepada masyarakat banyak
melewati tembok-tembok dan getro-getro gereja.
Pemimpin Kristen Dijamin Oleh Allah Dengan Kapabilitas Kepemimpinan Yang Penuh Untuk Memimpin
Berbicara tentang kapasitas pemimpin seperti yang
telah diuraikan di depan, hal mana berhubungan dengan kondisi bobot atau daya
yang ada padanya, sedangkan kapabilitas adalah unsur dinamis dari kapasitas
berupa kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat. Mengaitkan penjelasan ini
dengan hakikat pemimpin Kristen yang diuraikan oleh J. Robert Clinton di depan
dapat dikatakan bahwa kapabilitas adalah kemampuan atau kesanggupan yang ada
pada pemimpin yang olehnya ia mampu melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan.
Kesanggupan seperti ini dapat disebut sebagai kecakapan atau keahlian khas yang
memberi kemampuan untuk memimpin atau menggerakkan orang yang dipimpin ke arah
tujuan yang telah dicanangkan yang dapat diwujudkan dengan kinerja tinggi
(Band. Neh 1-5; Ams
24:6; 11:14; 15:22; 31:10-31; Luk
14:28-33; Kej
11:6).
Dari perspektif praksis, kapabilitas kepemimpinan ini
menyentuh dua sisi yaitu kecakapan atau keahlian sosial, dan kecakapan atau
keahlian teknis. Tuhan Yesus Kristus dalam Mrk
10:35-45 menegaskan bahwa kepemimpinan-Nya dibangun di atas
hubungan-hubungan yang dilakukan sesuai kehendak Allah dengan menolak
"kronisme" dan atau "koncoisme" bagi kepentingan diri yang
meruntuhkan kepemimpinan itu sendiri. Hal ini diwujudkanNya dengan menempatkan
para murid-Nya dalam kelompok untuk belajar membina hubungan sosial, karena
hubungan-hubungan yang dibangun dengan penuh tanggung jawab mengandaikan
keberhasilan yang akan di gapai oleh seorang pemimpin. Hal ini dijelaskan oleh
R.W. Emerson bahwa "kadar dan rentang serta banyaknya hubunganlah yang
membawa keberhasilan kepemimpinan seorang pemimpin." Pada sisi lain, Tuhan
Yesus menegaskan bentuk keahlian kerja atau teknis yaitu kemampuan atau
kapabilitas mengelola atau memanajemeni kerja dengan pola "pelayan atau
hamba" yang terfokus pada "service" (melayani) yang diwujudkan
secara terfokus dengan komitmen yang tinggi. Pola manajemen Kristus ini
memastikan bahwa dengan menekankan kepada kerja (fungsi atau peran pelayan -
hamba) yang terfokus kepada service (melayani), maka kepemimpinan Kristen akan
menempatkan perannya di depan tanpa perlu memposisikan diri sebagai pesaing
dalam kancah persaingan.
Dari perspektif kepemimpinan yang dipelopori oleh
Tuhan Yesus Kristus ini terlihat bahwa Ia dengan sendirinya meletakkan dasar
kapabilitas kepemimpinan bagi para pemimpin Kristen. Kapabilitas kepemimpinan
seperti ini menegaskan bahwa pemimpin Kristen oleh rahmat Allah diharapkan
dapat mewujudkan kecakapan atau kecerdasan sosial yang dibangun, ia dapat
menjalankan tanggung jawab kepemimpinan untuk menjadi berkat kepada lebih
banyak orang. Dengan keahlian sosial seperti ini, pemimpin Kristen memiliki
landasan yang kuat untuk mengekspresikan kapabilitasnya secara teknis dengan
mengelola atau memanajemeni kerja yang terfokus kepada "service" yang
menjamin keberhasilan kepemimpinan dengan kinerja tinggi yang diwujudkan dengan
membawa atau menggerakkan (ada kinerja tinggi) orang yang dipimpin ke arah
"tujuan" Allah bagi (orang Kristen) dan melalui mereka kepada dunia.
Dengan kapabilitas seperti yang disinggung di atas,
pemimpin dan kepemimpinan Kristen akan menemukan bahwa kepemimpinan Kristen
dapat menempatkan diri di atas kondisi dan mewujudkan kinerja berlandaskan pola
manajemen yang terfokus kepada "service". Perwujudan kinerja yang
terfokus pada "service" seperti ini dapat dilakukan oleh para
pemimpin Kristen dengan bercermin kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
meletakkan landasan kokoh bagi pemimpin Kristen melalui hidup serta karya-Nya.
Dengan demikian, para pemimpin Kristen sebenarnya memiliki jaminan bahwa
kepemimpinan Kristen dapat memiliki pengaruh yang kuat untuk membawa berkat
kepada masyarakat banyak, karena "Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari
ini, dan selama-lamanya" (Ibr
13:8). Karena itu kepemimpinan Kristen memiliki alasan
kuat untuk tetap eksis, di mana para pemimpin Kristen terpanggil untuk menjadi
berkat, sehingga mereka dapat berkiprah untuk segala masa termasuk pada abad
XXI ini dalam segala bidang kehidupan.
Epilog
Telah di sentil di depan, bahwa gereja sebagai
"Societas Deo" (Masyarakat Allah) sedang berada di tengah percaturan
dunia dengan tantangan yang kompleks. Kompleksitas tantangan yang mengglobal
tidak harus membuat kita terpengaruh karena hal itu telah dan akan tetap ada
(band. 2 Tim
3:1-5). Hal yang harus dibuat ialah kita perlu menetapkan
sikap Kristen untuk menanggapi tantangan itu dengan menjadi berkat kepada
dunia. Jaminan untuk itu ialah, bahwa Allah yang telah memanggil kita akan
meneguhkan kita guna siap dan sigap menjadi berkat kepada dunia, yang untuknya
kita terutus (Yoh
17:18; 20:21).
Berkenaan
dengan komitmen untuk mengabdi dengan setia kepada Tuhan pada abad XXI ini,
kita diingatkan bahwa Allah menjamin bahwa gereja-Nya akan tetap teguh berdiri
untuk menjadi alat berkat-Nya bagi dunia, di mana Ia sendirilah yang memanggil
bagi diriNya para pemimpin dengan integritas (kredibilitas) karakter yang
tinggi; kapasitas pengetahuan yang tinggi serta kapabilitas kinerja atau
performansi yang tinggi. Fondasi kepemimpinan Kristen yang kuat seperti ini
memungkinkan gereja berkiprah mempengaruhi dunia di abad XXI dengan nilai kekal
dari hidup dan ajaran Yesus Kristus, TUHAN. Dengan kesadaran dan sikap ini,
para pemimpin Kristen dapat mewujudkan aurora kepemimpinan cemerlang yang
menjadi penentu "trend' hidup abad XXI ini.
Source:
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1031&res=jpz
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1031&res=jpz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar