Jumat, 06 Desember 2013

Dasar Yang Teguh - Asas Pengajaran Tentang Sifat-sifat Allah

Sifat-sifat Allah ialah kesempurnaan-kesempurnaan yang memang ada pada Allah, dan yang memancari dari pribadi-Nya. Kita akan menyelidiki sifat-sifat Allah yang berikut: Allah Mahatahu, Allah Mahakuasa, Allah Mahahadir, Allah Mahasuci, Allah Mahakasih, Kebenaran dan keadilan Allah, Rahmat dan Kemurahan Allah, Kesetiaan Allah.


ALLAH MAHATAHU
Allah adalah Roh, oleh sebab itu Allah mempunyai pengetahuan. Allah adalah Roh yang sempurna, oleh sebab itu pengetahuan Allah sempurna. Allah Mahatahu, berarti Allah mengetahui segala sesuatu dan pengetahuan-Nya sempurna. Lihat 1Yohanes 3:20; Ayub 37:16; Mazmur 147:5*. Allah mengetahui segala sesuatu, pengetahuan-Nya sempurna dan tidak dapat diduga. Ayat dari Mazmur itu menunjukkan bahwa pengetahuan Allah luas sekali dan tak terhingga. Manusia tidak dapat memiliki segala pengetahuan, kebijaksanaan, dan Rahmat Allah, Ayub 11:7,8; Yesaya 40:28; Roma 11:30*. Seluruh maksud dan rencana Allah yang berkenaan dengan manusia dan keselamatannya tidak dapat dimengerti dan diduga oleh pikiran manusia.
Apakah yang diketahui oleh Allah?
Allah melihat dan mengetahui semua yang terjadi di segenap tempat, Ia melihat segala yang baik dan yang jahat (Amsal 15:3*).
Allah mengetahui segala sesuatu dalam alam ini, tiap-tiap binatang, bahkan burung pipit pun diketahui jumlahnya (Mazmur 147:4; Matius 10:29*).
Allah melihat semua anak manusia, dan memperhatikan segala perbuatan mereka, bahkan Allah melihat perjalanan hidup setiap orang dan menyelidiki bekas tapak kakinya (Mazmur 33:13-15; Amsal 5:21*).
Allah mengetahui segala perbuatan dan pikiran manusia (Mazmur 139:1-3*; 1Tawarikh 28:9*).
Allah mengetahui dan mendengar semua perkataan manusia (Mazmur 139:4*), dan mengetahui segala kesusahan dan dukacita manusia (Keluaran 3:7*). Seringkali kita menganggap seakan-akan Allah tidak mengetahui kesusahan kita. Mungkin demikian pula perasaan bangsa Israel ketika mereka berada di tanah Mesir, akan tetapi Tuhan tahu kesusahan mereka dan pada waktunya Tuhan menolong mereka.
Allah juga mengetahui sampai perkara-perkara yang terkecil sekalipun (Matius 10:29,30*). Allah mengetahui segala sesuatu dari awal (zaman purbakala) sampai kepada masa yang akan datang, sampai akhir zaman (Kisah 15:18; Yesaya 46:9,10*).
Pertanyaan: Apakah ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Yesus Kristus?
Bandingkan 1Petrus 1:20; Markus 13:32; Yohanes 15:15*. Yesus Kristus telah menyatakan segala sesuatu kepada manusia, yaitu segala sesuatu yang telah dinyatakan oleh Bapa kepada-Nya. Hanya saat kedatangan-Nya yang dirahasiakan oleh Allah Bapa. Allah Bapa tidak memberitahukan hal itu kepada kita, karena Ia menginginkan agar kita senantiasa menantikan kedatangan Tuhan Yesus (Matius 20:17-19; Keluaran 3:19; Kisah 3:17,18*; 2Raja 7:1,2; Mazmur 41:10; Galatia 1:15,16; 1Petrus 1:2*) Allah tahu dari permulaan apa yang akan diperbuat oleh manusia.
Seluruh rencana Allah untuk segala zaman dan rencana-Nya untuk setiap manusia sudah ditimbang, dipikirkan, dan direncanakan dari mulanya, dan tidak ada pemikiran lagi atau penyesalan untuk mengubah rencana itu (Efesus 1:9-12; 3:4-9; Kolose 1:25,26*). Sebab itu kita patut mengatakan, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan- jalan-Nya" (Roma 11:33*). Dan lagi, "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya" (Mazmur 139:6*). Selanjutnya kita wajib juga mengatakan, "Allah mengetahui segala keperluan kita, dan akan mencukupinya" (Matius 16:8*). Allah mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang, perbuatan baik atau jahat (Yesaya 44:28 dan Kisah 2:3*). Allah mendengar tangisan kita (Mazmur 56:9*).
Bahwa Allah Mahatahu dibuktikan dalam semua nubuat. Cahaya bergerak lebih cepat dari pada bunyi. Api dari sebuah meriam akan lebih dahulu nampak, baru kedengaran bunyi dentumannya. Demikian pulalah terangnya nubuat dalam Firman Allah yang diberikan kepada kita, dan apabila kita dapat hidup lebih lama lagi, kita akan melihat segala nubuat itu digenapi. Kita dapat melakukan dua atau tiga hal dalam satu saat, misalnya bermain piano sambil berbicara kepada orang dalam suatu saat; akan tetapi Allah dapat melakukan segala sesuatu pada saat yang sama.
Dalam Kejadian 16:13* dikatakan, "Dia yang telah melihat aku". Sebagaimana alat-alat sinar x dapat menembus bagian tubuh manusia yang di dalam, demikian pula tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Tuhan. Ayat ini merupakan peringatan kepada orang berdosa. Dan menjadi suatu dorongan kepada orang yang saleh supaya berbuat baik.
Janganlah kita beranggapan bahwa seolah-olah Allah telah menyediakan kayu pemukul untuk kita supaya kita takut, tetapi karena Ia mengasihi kita dan karena Ia suci, itulah yang seharusnya menjadi alasan kita untuk takut kepada-Nya. Lihatlah Mazmur 139:17,18*. Bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu sebelumnya tidak boleh dikacaukan dengan takdir Allah. Kedua hal itu agak berbeda. Segala sesuatu yang telah diketahui lebih dahulu oleh Allah akan jadi, pasti akan terjadi; tetapi bukan semuanya ditakdirkan Allah supaya jadi. Takdir Allah dialaskan pada pengetahuan-Nya tentang sesuatu sebelum hal itu terjadi. Pada zaman dahulu Firaun dikeraskan hatinya, dan hal itu ditanggungkan pada diri Firaun sendiri. Walaupun Allah telah mengetahuinya lebih dahulu, dan telah diberitahukan lebih dahulu oleh Allah, tetapi perbuatan itu semata-mata ditanggung oleh Firaun sendiri. Semua perbuatan manusia telah diketahui lebih dahulu oleh Allah, tetapi bahwasanya semua hal itu sudah ada di dalam pengetahuan Allah bukan berarti bahwa itu harus terjadi. Ada hal yang sudah ditakdirkan oleh Allah, ada hal yang hanya diketahui lebih dahulu oleh-Nya. Dalam pasal-pasal Daniel 2:1-49; 8:1-27, Kisah 15:18; Yesaya 48:5-8; 46:9,10* dikemukakan bahwa Allah mengetahui lebih dahulu segala sesuatu yang akan terjadi dalam dunia ini. Pengerasan hati selalu dimulai dalam diri manusia, bukan dari pihak Allah.

ALLAH MAHAKUASA
Allah Mahakuasa berarti Allah berkuasa melakukan segala sesuatu yang Ia kehendaki. Kuasa Allah tidak terbatas.
Allah berkuasa membuat segala sesuatu; tidak ada pekerjaan yang sukar bagi Allah: tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Allah Mahakuasa (Ayub 42:2; Kejadian 18:14; Matius 19:26*). Segenap alam takluk dan tunduk di bawah kuasa dan kehendak Allah (Kejadian 1:3*; Mazmur 33:6-9; 107:25- 29; Nahum 1:3-6*).
Segenap manusia takluk di bawah kuasa dan kehendak Firman allah. Berbahagialah orang yang dengan kehendaknya sendiri tunduk dan takluk kepada kuasa dan kehendak Firman Allah (Yakobus 4:12-15*). Malaikat-malaikat takluk di bawah kehendak dan kuasa Firman Allah (Ibrani 1:13,14*). Setan pun tunduk kepada kehendak dan kuasa Firman Allah (Ayub 1:12; 2:6*).
Allah berkuasa menjadikan hal-hal yang baru (Matius 3:9*). Allah berkuasa melakukan perkara-perkara rohani yang ajaib (Efesus 1:19; 3:20*; 2Korintus 4:6*).
Kuasa Allah hanya dapat dibatasi oleh kehendak Allah. Di dalam menyatakan atau melaksanakan kuasa-Nya, maka kuasa Allah itu dibatasi oleh kehendak-Nya sendiri, kehendak-Nya yang berbudi dan yang penuh kasih. Allah dapat membuat segala sesuatu, akan tetapi Ia hanya akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan hikmat-Nya, kesucian-Nya dan kasih-Nya. Allah tidak pernah memboroskan kuasa-Nya (Yesaya 59:1,2*).
Pertanyaan: Apakah sebabnya Allah tidak mulai dari sekarang membinasakan si Iblis?
Jawab: Pada saat ini belum saatnya bagi Tuhan untuk membinasakan si Iblis. Walaupun perasaan iri hati Iblis dan niat hati Iblis jahat sekali, namun hal itu juga merupakan bagian dari rencana Allah yang penuh kasih yaitu untuk menguji manusia. Allah tidak menjadikan dua buah gunung tanpa lembah diantaranya. Bukan berarti Allah tidak dapat melakukannya, tetapi Allah tidak mau melakukannya. Allah tidak dapat berbuat sesuatu yang bertentangan dengan sifatnya. Allah tidak dapat berdusta, Allah tidak dapat berdosa, Allah tidak dapat mati. Apabila allah melakukan salah satu di antaranya, itu menunjukkan bahwa Allah kurang berkuasa.  Allah mempunyai segala kuasa yang setara dengan kesempurnaan-Nya-Ia mempunyai segala kuasa untuk melakukan apa yang patut dilakukan-Nya.
Pertanyaan: Dapatkah Allah menjadikan sebuah batu yang sedemikian besarnya sehingga Ia tidak dapat mengangkatnya? Bagaimana saudara menjawab pertanyaan itu?
Jawab: Ia tidak menghendaki hal itu.
Allah Mahakuasa bukan berarti Ia akan memakai atau menyatakan segala kuasa-Nya. Tuhan Allah dapat mengendalikan kuasa-Nya. Kuasa Allah ada di bawah perintah kehendak-Nya yang berbudi. Allah berkuasa melakukan semua hal yang dapat Ia lakukan, hanya hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya saja. Allah dapat menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu, tetapi Ia tidak melakukan hal itu. Kehendak Allah mengatasi kuasa-Nya. Allah dapat membatasi diri-Nya sendiri, tetapi tidak ada apapun yang dapat membatasi Dia. Memang perbuatan Allah yang Mahakuasa itu dibatasi pada waktu Ia mengenakan tubuh manusia yang fana, menjelma di dalam Yesus Kristus. Hal ini dilakukan-Nya sebab kasih-Nya kepada manusia. Bilamana kita membatasi diri kita karena kita mengasihi orang lain, maka kita meniru teladan Allah. Tuhan Yesus Kristus telah melakukan hal itu, sebagaimana yang dikatakan dalam Filipi 2:5-11*.

ALLAH MAHAHADIR
Allah ada disegala tempat, Mazmur 139:7-10; Yeremia 23:23,24*; Kisah 17:24-28; Yesaya 57:15*. Allah ada di seluruh bagian alam ini dan dekat kepada kita masing-masing. Di dalam Dia tiap-tiap orang hidup dan bergerak. Tidak ada yang dapat menghalangi Allah. Manusia tidak dapat. Iblis, roh jahat tidak dapat, dan makhluk apapun juga tidak dapat menghalangi. Hanya satu hal yang dapat menghalangi Allah, yaitu dosa, dosa saya. Dosa orang lain tidak dapat menghalangi kehendak Allah untuk diri saya, hanya dosa saya sendiri. Tidak ada yang saya takuti, kecuali dosa saya. Allah ada di mana-mana tempat berarti Allah dalam segenap pribadi diri-Nya, tidak terpisah-pisah, memenuhi segenap alam ini. Bila dikatakan Allah dekat dengan kita, hal itu terasa masih jauh, sebab Ia ada di dalam kita, roh kita merupakan tempat tinggal yang paling disukai Allah. Dalam Talmud diuraikan perbedaan antara menyembah Allah dan menyembah berhala sebagai berikut; berhala itu kelihatannya dekat dengan kita, akan tetapi sesungguhnya berhala itu jauh sekali. Yehova seakan-akan jauh dengan kita, akan tetapi sesungguhnya Ia dekat. Allah ada dimana-mana tempat untuk mendengar doa kita.
Akan tetapi, dalam arti yang lain, Allah tidak ada di mana-mana tempat. Yohanes 14:28; 20:17; Efesus 1:20; Wahyu 21:2,3,10,23; 22:1,3*. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai suatu tempat kediaman yang pasti. Dalam arti ini Allah tidak ada dimana-mana tempat dalam alam ini, karena Ia berada pada tempat kediaman yang pasti itu (Yesaya 66:1*). Maksudnya, pada beberapa tempat tertentu Allah itu nyata, ada, sedangkan pada beberapa tempat lain tidak. Bacalah Markus 1:9-11*. Allah Bapa menyatakan diri sepenuhnya di dalam sorga. Dahulu Anak Allah menyatakan diri sepenuhnya di dalam dunia, sekarang Anak Allah sudah ada di surga. Allah Roh Kudus menyatakan diri dimana-mana tempat disegenap alam ini (Kejadian 1:2; Mazmur 104:30*); dan di dalam hati setiap orang yang percaya (Yohanes 14:16,17; Roma 8:9*); juga kepada semua orang yang tidak percaya (Yohanes 16:7-11*). Oleh sebab itu Roh Kudus, Allah Bapa dan Allah Anak tinggal di dalam orang saleh (Yoh 14:17,19,20,23*).
Manfaat dari pengajaran ini:

  1. Hal yang kita bahas di atas menjadi suatu penghiburan bagi kita. Allah dekat kepada kita. Berserulah kepada-Nya sebab Ia mendengar. Roh Tuhan dan roh kita dapat bertemu. Ia lebih dekat kepada kita daripada tangan dan kaki kita (bacalah Mazmur 139:17,18 dan Matius 28:20*).  
  2. Suatu peringatan bagi kita: Orang berdosa tidak dapat melarikan diri dari pandangan Allah, oleh sebab itu kita harus takut berbuat dosa. "Kulihat Dia yang telah melihat aku".

ALLAH MAHASUCI
Kesucian Allah
Allah itu suci, amat suci, Allah Mahasuci, Yesaya 6:3; Yosua 24:19*; Mazmur 22:4; 99:5,9; 5:12; Yohanes 17:11; 1Petrus 1:15,16*. Allah disebut "Yang Mahakudus Allah Israel" kira-kira tiga puluh kali dalam Kitab Yesaya, dan lima kali dalam kitab-kitab yang lain. Dalam Perjanjian Baru, Allah Anak disebut "Yang Kudus," 1Yohanes 2:20*. Dan Pribadi yang ketiga disebut "Roh Kudus". Suci adalah sifat Allah yang terutama dan yang penting, Yesaya 57:15*. Dalam ayat ini dapat kita lihat bahwa nama menyatakan sifat. Kesucian Allah menguasai segenap sifat Allah. Kasih Allah tidak dapat melawan kesucian Allah.

Apakah artinya suci?
Imamat 11:43-45, Ulangan 23:14*, bacalah juga ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya. Suci berarti bebas dari segala yang najis, yaitu bersih. Allah itu suci, artinya Allah itu kudus dan bersih, 1Yohanes 1:5*.
Perhatikan segenap Taurat, syarat-syarat Tuhan dan semua peraturan tentang membasuhkan diri: ada tiga bagian di dalam Kemah Suci; dan yang diizinkan menghampiri Allah dari antara orang-orang Israel ialah orang-orang Lewi, para Imam dan Imam Besar, tetapi dengan perbedaan. Dan orang yang mau menghampiri Allah harus membawa korban persembahan. Segenap Firman Allah kepada Musa dalam Keluaran 3:5*, dan kepada Yosua dalam Yosua 5:15; hukuman atas Uzia dalam 2Tawarikh 26:16-23*, Firman Tuhan kepada bani Israel supaya mereka tidak mendekati gunung Sinai dan pada waktu Allah turun ke tempat itu; kebinasaan Korah, Datan, dan Abiram dalam Bilangan 16:1-33; kebinasaan Nadab dan Abihu dalam Imamat 10:1-3*; dalam semua peristiwa itu Tuhan ingin mengajarkan dan menekankan kepada bani Israel bahwa Allah itu suci, begitu suci sehingga manusia tidak dapat langsung menghampiri Dia.
Inti bagian ini, yaitu Allah itu suci, merupakan pengajaran yang utama dan penting di dalam Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam agama Yahudi maupun agama Kristen.

Bagaimana Kesucian Allah Dinyatakan

  1. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah membenci dosa (Habakuk 1:13; Kejadian 6:5,6; Ulangan 25:16; Amsal 15:9,26*).  
  2. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah berkenan akan kebenaran dan kesucian (Amsal 15:9; Imamat 19:2; 20:26*).  
  3. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak pernah berbuat dosa atau kejahatan (Ayub 34:10*).  
  4. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal orang berdosa diceraikan daripada Allah (Yesaya 59:1,2*). Oleh sebab itu penebusan perlu diadakan agar orang berdosa dapat menghampiri Allah. Hal ini dapat kita ketahui pada ayat-ayat: Efesus 2:13; Ibrani 10:19; Yohanes 14:6*. Tidak ada orang yang dapat menghampiri Allah kecuali melalui darah Tuhan Yesus yang tertumpah di atas kayu salib. Kesucian Allah menuntut adanya penebusan. Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa tebusan itu perlu hanya supaya manusia digerakkan oleh suatu teladan yang baik. Tebusan itu bukan hanya suatu teladan yang baik, tetapi perlu bagi kita agar kita dapat menghampiri Allah. "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan." Artinya sebab Allah itu suci, dosa harus diampuni sebelum manusia dapat bersekutu dengan Allah.  
  5. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal orang berdosa dihukum (Keluaran 34:6-7; Kejadian 6:5-7; Mazmur 5:5-7*). Allah menghukum orang berdosa bukan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang berdosa, tetapi Allah menghukum orang berdosa sebab Ia suci. Allah membenci dosa. Kesucian Allah dan kebencian Allah terhadap dosa tetap hidup di dalam diri-Nya sehingga hal itu harus dinyatakan kepada manusia. Bila Allah murka terhadap dosa, itu berarti kesucian Allah menuntut untuk menghukum orang berdosa. Dalam Yesaya 53:6*, "menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" berarti "menuntut agar Ia dihukum". Bila ada yang menganggap bahwa hukuman atas dosa itu tidak ada hubungannya dengan kebencian Allah terhadap dosa, maka anggapan itu tidak sesuai dengan Alkitab, dan merupakan suatu penghinaan kepada Allah. Allah Mahasuci dan Ia benci sekali terhadap dosa. Sifat ini kadang-kadang ada di dalam diri kita dalam hal kita benci terhadap kejahatan. Akan tetapi, karena Allah Mahasuci, murka-Nya terhadap dosa yang kecil sekalipun, lebih besar daripada murka kita terhadap dosa yang besar. Memang Allah kasih, tetapi kasih-Nya bukan kasih yang membiarkan dosa. "Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan" (Ibrani 12:29*). Kasih Allah kepada orang berdosa tidak dapat kita mengerti kecuali dalam hal murka-Nya yang bernyala-nyala terhadap dosa, yaitu murka-Nya yang bernyala-nyala terhadap Tuhan Yesus Kristus yang menanggung dosa-dosa kita di kayu salib.  
  6. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban (grafirat) untuk menyelamatkan manusia daripada dosa mereka, dan menyucikan mereka. Kematian Tuhan Yesus bukan hanya menyatakan kasih Allah, tetapi terutama menyatakan kesucian Allah, dan kebencian-Nya terhadap dosa (Yohanes 3:16; 1Petrus 3:18*).

Nasihat sehubungan dengan kesucian Allah

  1. Kita harus menghampiri Allah dengan rasa takut dan hormat. Serafim sekalipun harus menudungi mukanya dan kakinya pada waktu mereka menghadap hadirat Allah. Serafim mempunyai enam sayap, empat sayap berfungsi untuk menyembah dan dua yang lain untuk bekerja dan melayani (Ibrani 12:28,29*; Keluaran 3:4,5; Yesaya 6:1-3*).  
  2. Terang kesucian Allah menyatakan kenajisan dosa kita (Yesaya 6:5,6; Ayub 42:5,6*). Jika seseorang menganggap dirinya baik atau suci, jelas bahwa orang itu belum bertemu dengan Tuhan. Kalau kita berhadapan dengan Allah, maka kebenaran diri kita akan dihancurkan. Bila ada orang yang mengaku dirinya benar, maka kita patut menunjukkan dan menyatakan kesucian Allah kepada-Nya agar ia menginsafi dirinya yang berdosa (Yesaya 64:6*).
  3. Tidak ada pengampunan tanpa penumpahan darah Kristus (Ibrani 9:22*). Manusia harus ditutupi dihadapan Allah yang suci, dan hanya darah Yesus Kristus yang dapat menutupi dosa kita.  
  4. Betapa ajaibnya kasih Allah kepada kita. Kita tidak akan heran apabila suatu ilah yang berdosa mengasihi orang berdosa, tetapi bila Allah yang nama-Nya suci, Allah Yang Mahasuci mengasihi kita yang jahat, maka hal itu merupakan suatu keajaiban. Kita tidak dapat menduga rahasia ini. Tidak ada rahasia lain di dalam Alkitab yang seajaib ini.
 Keterangan lain tentang kesucian Allah.
Dalam Keluaran 15:11* dikatakan, " …  siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu," dan dalam Keluaran 9:10-16* dikatakan bahwa orang Israel harus menguduskan diri menghadap Allah untuk menyembah Dia. Dalam Yesaya 6:3* kita dapat melihat perbedaan antara kesucian Allah dan kenajisan bibir manusia yang harus disucikan dengan api dari mezbah. Bacalah 2Korintus 7:1; 2Tesalonika 3:13 dan khususnya Ibrani 12:29*, di mana Allah disebut "api yang menghanguskan," yaitu menghanguskan segala dosa.
Dahulu pengertian orang Yahudi mengenai kesucian belum begitu jelas, dan pengertian itu makin lama makin bertambah jelas. Akan tetapi pengertian yang benar dan jelas tentang kesucian hanya didapati dalam Perjanjian Baru, dan terutama dalam kehidupan dan pekerjaan Tuhan Yesus.
Pada saat seseorang menyadari bahwa dirinya berdosa, pada saat itulah ia mengetahui sebagian (kecil) dari kesucian Allah yang telah didukacitakannya.
Dalam Perjanjian Lama asas pengajaran yang terutama bukan mengenai keesaan Allah dan kemuliaan Allah, akan tetapi mengenai kesucian Allah.
Tujuan agama Kristen ialah agar diri kita menjadi suci. Akan tetapi kesucian itu menjadi tujuan manusia hanya apabila manusia mengerti bahwa Allah itu suci. Kesucian bukan keadilan. Keadilan merupakan hasil atau akibat daripada kesucian. Bukan Allah itu suci karena Ia mengasihi, akan tetapi Allah mengasihi karena Ia suci. Kadang-kadang Allah menunjukkan rahmat-Nya dengan nyata dan kadang-kadang tidak, sesuai dengan kehendak-Nya, akan tetapi kesucian Allah itu pasti dan tidak berubah. Harus ada suatu alasan untuk menunjukkan rahmat Allah, tetapi tidak perlu ada alasan untuk menyatakan kesucian Allah oleh sebab Allah memang suci. Ia adalah sumber kesucian, kebenaran, dan kebaikan. Sifat dan perbuatan Allah itu murni dan suci. Suci artinya bukan hanya terpisah dari segala yang najis, tetapi juga segala sesuatu yang baik ada di dalam Dia. Kesucian Allah sesuai dengan keadaan-Nya yang sempurna. Sikap Allah selalu sesuai dengan kehendak-Nya. Kita harus ingat bahwa kesucian hati (batin) mendahului kesucian kehendak. Suci ialah sifat Allah yang terutama. Hal ini nyata dari:

  1. Dalam Alkitab, kesucian dituntut dari hati manusia, dan kesucian menyebabkan banyak kesukaan di dalam sorga (Bacalah 1Petrus 1:16*; Ibrani 12:14; Lukas 5:8; Wahyu 4:8; Mazmur 97:2*).  
  2. Kadang-kadang Allah menunjukkan rahmat-Nya dengan nyata, dan kadang-kadang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, tetapi Allah tetap suci (2Petrus 2:4*).  
  3. Kesucian Allah menguasai seluruh pekerjaan dan tindakan Allah. Misalnya, dalam tebusan yang dilakukan oleh Kristus: kasih mengadakan tebusan itu, akan tetapi kesucian yang dilanggar oleh manusia yang menuntut tebusan itu.
Kesucian Allah menuntut kesucian dalam diri manusia.

  1. "Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus" (1Petrus 1:16* dan Matius 5:48*).  
  2. Segenap Taurat disatukan di dalam "kasih". Matius 22:37*, "Kasihilah Tuhan, Allahmu," dan Roma 13:10*," …  kasih adalah kegenapan hukum Taurat." Kita patut mengasihi Allah sebab Allah itu suci, dan bukan untuk mencari keuntungan bagi diri kita sendiri. Kasih kepada Allah harus menimbulkan kesucian di dalam diri manusia.  
  3. Dalam kehidupan Tuhan Yesus kita melihat suatu teladan bahwa Ia semata-mata hanya mengikuti kehendak Allah Bapa-Nya (Markus 10:18*; Yohanes 5:19-30*). Dari ayat-ayat itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa hanya Allah Bapa yang benar, dan Ia datang hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Demikian pula kita wajib menjadi seperti Tuhan kita, dan oleh karena Tuhan itu suci (kudus), maka kita juga harus suci (kudus).
 Teladan Kesucian Allah
Teladan yang paling sempurna dari kesucian Allah ialah di dalam Yesus Kristus. Dalam Ibrani 1:9* dikatakan, "Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan." Banyak ayat di dalam Perjanjian Baru yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus benci terhadap kejahatan, dan mengasihi kebenaran. Di dalam diri Tuhan Yesus Kristus kedua hal itu tidak dapat dipisahkan. Itulah kesucian yang sempurna. Bila ada yang bertanya, "Apakah kesucian itu?" dapat kita jawab, "Kesucian ialah mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan." Hal ini diharuskan bagi orang Kristen. Kalau kita tidak mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan, maka kita bukan orang suci, dan kita belum melaksanakan kehendak Allah.

ALLAH MAHAKASIH

Kasih Allah
Allah adalah kasih (1Yohanes 4:7,8,16*). Allah bukan hanya mengasihi, tetapi Allah juga kasih. Kasih adalah sifat Allah. Segala kasih berasal dari Allah, yaitu kasih yang suci.
Pertanyaan: Apakah kasih itu? Jawab: Yohanes 3:16,17; Matius 5:44,45*. Kasih merindukan sentosa dan sejahtera bagi orang yang dikasihi, dan bersukacita apabila hal itu terjadi atas orang yang dikasihi. Kasih adalah suatu anugerah yang hidup dan berlaku atas diri kita, yaitu kasih kepada orang lain. Kita hanya dapat mengetahui kasih yang benar apabila kita telah mengetahui kasih Allah kepada kita. Kasih Allah kepada kita dinyatakan dalam pekerjaan Yesus Kristus di atas kayu salib. 1Yohanes 4:8-16*, "Allah adalah kasih," "Allah adalah terang," "Allah adalah Roh". Roh dan terang adalah hakekat Allah, tetapi kasih adalah pancaran dari hakekat Allah itu. Allah juga mengasihi, dan Allah hidup dalam suasana kasih. Dari 1Yohanes 3:16 dan Yohanes 3:16* nyata bahwa begitu besarnya kasih Allah kepada mahkluk-Nya sehingga Ia mau mengadakan korban yang sangat berharga untuk menyatakan kasih itu. Kasih Allah tidak pernah membiarkan dosa, tetapi menarik kita kepada kesucian. Kasih Allah mengadakan korban untuk menebus dosa.

Siapakah yang dikasihi Allah?
Allah mengasihi Anak-Nya (Matius 3:17; 17:5; Lukas 20:13*). Dari permulaan, bahkan sampai selamanya Allah terutama mengasihi Anak-Nya, Yohanes 17:24*. Kasih Allah kekal, oleh sebab itu harus ada satu pribadi yang kekal untuk menyambut kasih itu. Oleh sebab itulah juga harus ada lebih dari satu pribadi dalam Allah Yang Esa itu, yaitu tiga pribadi yang dapat saling mengasihi. Kasih yang kekal dari Allah dinyatakan dari kekal sampai kekal kepada Anak yang kekal, yaitu Yesus Kristus.
Allah mengasihi mereka yang dipersatukan dalam Anak itu oleh iman dan kasih. Dalam bagian berikut ini kita akan membahas tentang Allah mengasihi umat manusia, tetapi terutama sekali Ia mengasihi mereka yang ada di dalam Kristus. Kasih Allah kepada orang yang ada di dalam Kristus sama dengan kasih-Nya kepada Kristus sendiri (Yohanes 17:23*). Allah telah mengasihi kita sebelum kita mengasihi Kristus, yaitu sebelum kita ada di dalam Kristus. Bacalah 1Yohanes 4:19*. Yesus Kristus ada di dalam pusat kasih Allah, lalu menarik kita kepada tempat itu, dan menetapkan kita di situ agar kita juga mengalami kasih Allah Bapa sama seperti Ia telah mengalaminya.
Allah mengasihi segenap isi dunia ini dan setiap orang di dalam dunia ini (Yohanes 3:16; 1Timotius 2:4; 2Petrus 3:9*).
Allah mengasihi orang berdosa, orang kafir, bahkan Allah juga mengasihi orang-orang yang mati di dalam dosa (Roma 5:6-8; Efesus 2:4,5*; Yehezkiel 33:11*). Akan tetapi kasih Allah kepada orang berdosa tidak sama dengan kasih Allah kepada orang yang di dalam Kristus, yaitu mereka yang percaya kepada Kristus (Yohanes 14:21,23; Yohanes 17:23*; Roma 8:30- 39*). Allah rindu agar orang berdosa diselamatkan, dan ini merupakan bukti bahwa Allah mengasihi mereka. Bacalah Lukas 15:7-10*. Semua ini dilukiskan dengan seorang bapa yang mengasihi anak-anaknya. Bapa itu sangat mengasihi anaknya yang baik, tetapi bapa itu juga mengasihi anaknya yang pemboros dan jahat.

Bagaimana kasih Allah dinyatakan?
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah melayani serta mencukupi keperluan orang yang dikasihi-Nya, juga dalam hal Ia membawa sukacita kepada mereka dan menjauhkan mereka dari kejahatan (Yesaya 48:14,20,21*; Ulangan 32:9-12; 33:3-12*).
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah mengajar dan mendisiplin orang yang dikasihi-Nya, untuk mendatangkan manfaat bagi mereka sendiri, agar dari ajaran dan disiplin itu timbul buah-buah kebenaran (Ibrani 12:6-11*).
Kasih telah dinyatakan dalam hal Allah ikut menderita bila orang-orang yang dikasihi-Nya sedang menderita, meskipun penderitaan itu datang dengan kehendak Allah (Yesaya 63:9*).
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak pernah melupakan orang yang dikasihi-Nya. Kadang-kadang kita merasa seakan-akan Tuhan lupa, tetapi sebenarnya tidak (Yesaya 49:15,16*).
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban yang benar dan ajaib bagi orang yang dikasihi-Nya, yaitu korban anak tunggal-Nya, untuk menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita. Kasih-Nya diukur dengan pengorbanan-Nya. Kasih Allah diukur dengan korban Kristus (1Yohanes 4:9,10; Yohanes 3:16*). Bandingkan dengan Kejadian 22:12*. Abraham tidak menahan anaknya bagi Tuhan. Lihatlah Roma 8:23 dan Yesaya 53:6*. Kesucian Allah menuntut adanya tebusan, akan tetapi kasih Allah mengadakan tebusan itu. Allah mengasihi sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal kepada kita dan karena kita. Dalam Kristus Allah memberikan diri-Nya sendiri karena kita. Dalam Roh Kudus Allah memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Hanya di dalam tiga pribadi yang Esa terdapat kasih yang sempurna. Dalam tiga pribadi itu kasih yang sempurna diberikan satu kepada yang lain, dan diterima dengan sempurna. Kasih bersukacita dalam penderitaan (siksaan) karena kasih itu membawa kebaikan kepada orang yang dikasihi-Nya. Lihatlah Ibrani 1:9; 12:2*.
Kita mengalami kehidupan Kristen yang mulia bila kita mengalami penderitaan karena orang lain (Galatia 4:19*). Kita merasakan sukacita Kristus kalau kita merasakan persekutuan dalam kesengsaraan-Nya.
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni dosa orang-orang yang bertobat (Yesaya 38:17; 55:13*).
Kasih Allah dinyatakan dalam hal: (Efesus 2:4-8*).

  1. Allah memberikan hidup kekal kepada orang yang telah mati oleh kesalahan-kesalahannya.  
  2. Allah membangkitkan orang itu bersama dengan Kristus.  
  3. Allah memberikan tempat kepada orang itu bersama dengan Dia di sorga.  
  4. Pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
Sekarang Allah sedang bekerja untuk kita dan baru mulai menyatakan kasih-Nya kepada kita. Nanti, di dalam sorga, barulah sempurna penyataan kasih-Nya kepada kita dan lengkaplah segenap pekerjaan-Nya untuk kita, 1Yohanes 3:2*.
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Tuhan menyebut kita anak-anak Allah (1Yohanes 3:1*).
Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah bersukacita bila ada seseorang bertobat dan diselamatkan (Zefanya 3:17; Lukas 15:7*). Lihat juga Lukas 15:23,24*.

Keterangan lain tentang kasih Allah.
Dalam Efesus 2:1-3* digambarkan tentang keadaan kita sebagai orang berdosa. Di samping itu dikatakan juga bahwa tidak ada pengharapan bagi kita yang berdosa. Kemudian dalam ayat Efesus 2:4* kita menemukan kata "tetapi," yang memberikan gambaran yang lain. Bila manusia sudah tidak ada pengharapan, pada Allah ada pengharapan. Pada saat manusia tidak dapat menolong, Allah datang dan dengan rahmat-Nya yang terpancar dari kasih-Nya, Ia menebus manusia yang telah terjerumus ke dalam dosa itu. Tuhan memberikan pengampunan dosa dan memberi tempat kepada orang itu di dalam sorga di sebelah Yesus Kristus. Semua itu terjadi oleh karena kasih Allah yang besar dan mulia.
Di atas kayu salib kita melihat puncak kejahatan manusia dan puncak kasih Allah. Sesungguhnya di atas kayu salib kita dapat melihat segala sifat Allah dalam kepenuhannya. Begitu besar kasih Allah kepada kita, orang berdosa, sehingga diberikan-Nya Anak kekasih-Nya menjadi korban bagi dosa kita. Betapa ajaibnya kasih-Nya kepada kita. Ajaib, sebab Allah sengaja memilih untuk mengasihi kita. Meskipun Allah benci terhadap dosa, dan Ia tidak dapat mengasihi dosa, tetapi Ia sungguh-sungguh mengasihi kita yang berdosa. Kasih Allah kepada kita mengandung maksud yang mulia, yaitu membawa kita kepada kesucian, supaya kita menjadi suci sama seperti Tuhan itu suci. Itulah tujuan korban untuk dosa yang diadakan oleh Yesus Kristus.
Kasih yang murni telah mulai dalam diri Allah sendiri. Kasih itu merupakan ikatan antara Allah Bapa dan Allah Anak. Di dalam Allah, yaitu di dalam Tri Tunggal, terdapat kasih yang sempurna. Lalu kasih itu dinyatakan kepada manusia dalam hal Allah memberikan diri-Nya kepada manusia di kayu salib. Dengan demikian kasih menjadi ikatan persekutuan kita dengan Allah. Kasih tidak lain adalah kerinduan Allah untuk memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Ia rindu memiliki kita, oleh sebab itu Ia menyerahkan diri-Nya bagi kita. Maka, kasih yang sebenarnya kepada Allah menuntut agar kita menyerahkan seluruh diri kita kepada Allah. Kita perlu ingat bahwa manusia tanpa Allah adalah bagaikan anak piatu; dan bila Allah tidak menjumpai manusia yang menyerahkan diri kepada-Nya, Ia sangat berdukacita.
Allah itu suci, dan Ia harus suci, akan tetapi Allah memilih untuk mengasihi manusia. Allah itu kasih, dan Ia harus mengasihi. Kalau Ia mau, boleh saja Ia hanya mengasihi para malaikat yang tidak berdosa dan membiarkan manusia mati di dalam dosanya. Tetapi Allah tidak berbuat demikian, bahkan Ia memilih untuk mengasihi manusia yang berdosa dan mengadakan korban pendamaian untuk orang yang berdosa. Kasih Allah tidak lain adalah kerinduan untuk memberikan kesucian kepada kita. Kerinduan itu akan dipuaskan apabila kita telah memperoleh kesucian dari Tuhan. Oleh sebab itu tertulis, "akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa" (Roma 5:8*), dan "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1Yohanes 4:10*).

KEBENARAN DAN KEADILAN ALLAH
Allah itu suci, budi pekerti-Nya suci. Kebenaran dan keadilan Allah dapat disebut sebagai hasil kesucian Allah. Kebenaran dan keadilan Allah adalah kesucian Allah yang dinyatakan di antara manusia. Kita juga boleh mengatakan bahwa kebenaran Allah menjadi alasan hukum-hukum Allah dan keadilan Allah menjadi peraturan dalam melaksanakan hukum-hukum itu. Kesucian Allah terlihat dalam budi pekerti Allah, tetapi kebenaran dan keadilan Allah terlihat dalam hubungannya dengan manusia. Kebenaran Allah mengadakan hukum-hukum dan keadilan-Nya melaksanakan hukum-hukum itu, yaitu dengan menghukum yang bersalah dan membenarkan atau membalas yang benar. Oleh sebab kebenaran dan keadilan-Nya, maka Allah selalu membuat yang benar dan adil. Keadilan Allah tidak berubah. Keadilan Allah tidak membalas dendam terhadap manusia, tetapi keadilan Allah membela kesucian Allah. Sikap Allah kepada makhluk-Nya adalah sesuai dengan sifat-Nya yang suci. (Lihat Ezra 9:15; Mazmur 116:5; 145:17; Yeremia 12:1; Yohanes 17:25*; Kejadian 18:25; Ulangan 32:4*).
Bagaimana Kebenaran dan Keadilan Allah Dinyatakan.
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menghukum orang-orang berdosa dengan hukuman yang patut untuk mereka (Mazmur 11:4-7; Keluaran 9:23-27*; Daniel 9:12-14; Wahyu 16:5,6). Dalam Mazmur 11:4-7* Daud mengatakan tentang Raja Saul yang berkerajaan di bumi dan berbuat kejahatan, akan tetapi Allah berkerajaan di dalam sorga dan berbuat kebaikan. Allah melihat kejahatan dan kebenaran kita. Allah membenci dosa dan dosa harus dihukum, yaitu dengan menghukum orang yang berdosa apabila ia tidak bertobat. Dari Keluaran 9:23-27* kita mengetahui tentang hukuman terhadap Firaun dan tanah Mesir, sehingga Firaun mengaku dirinya berdosa dan Allah itu adil dan benar. Ayat-ayat dari Wahyu dan Daniel juga mengemukakan hal yang sama. Orang berdosa harus bersiap-siap untuk menghadapi "Hakim yang Adil" itu. Pada hari itu tidak ada orang yang akan dapat berkata, "Hukuman kepadaku ini tidak adil." Keadilan Allah memaksa Ia menghukum orang berdosa dan memaksa Ia membenarkan orang yang baik.
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban perdamaian dan memperdamaikan orang yang beriman kepada Yesus Kristus (Roma 3:25*). Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni dosa orang-orang yang bertobat dan yang mengakui dosa mereka (1Yohanes 1:9*).
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah memelihara milik-Nya dan melepaskan diri dari musuh-musuhnya (Mazmur 129:1-4; 98:1-3*; 2Tesalonika 1:6,7*). Seringkali kebenaran dan keadilan Allah dihubungkan dengan hukuman atas orang berdosa, akan tetapi dalam Alkitab lebih dihubungkan dengan pemeliharaan orang-orang saleh. Karena sifat Allah yang demikian itu, patutlah kita bersukacita. Bacalah Mazmur 96:11-13; Yeremia 9:24; Mazmur 116:5,6; 145:5,15-19; Wahyu 15:3*. Juga dalam Wahyu 19:1,2; 16:4-6*, kita melihat bahwa Allah menuntut balas dan membela orang-orang saleh dengan menghukum orang-orang berdosa.
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menggenapi semua janji-Nya kepada anak-anak-Nya (Nehemia 9:7,8; Yosua 23:14*).
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah memberi upah (pahala) kepada orang benar sesuai dengan perbuatannya dan kesetiaannya (2Timotius 4:8*; Ibrani 6:10; Roma 2:5; 4:4; 3:5; 1Raja 8:32; Mazmur 7:10-12*; 2Yohanes 1:8; Matius 25:34; Lukas 17:7-10; Roma 6:23; Roma 2:6*). "Hakim yang Benar" itu tidak akan membiarkan para saleh-Nya yang setia tanpa mendapat pahala. Di dunia ini kita sering merasakan pembalasan yang tidak seimbang, akan tetapi di hadapan Hakim itu kita akan mendapatkan pembalasan yang seimbang. Kalau kita menyelidiki ayat-ayat yang ada hubungannya dengan hal ini, kita akan mengetahui bahwa persoalan ini dapat dilihat dari dua segi pandangan. Dari segi pandangan yang satu, memang benar bahwa Allah tidak memberikan pahala-Nya oleh karena kebenaran dan keadilan-Nya, melainkan oleh karena kesetiaan dan rahmat- Nya. Kita wajib berbakti menurut perintah dan kehendak Allah. Kita tidak dapat menuntut suatu pembalasan dari Allah, akan tetapi Kristus boleh menuntutnya bagi kita. Dalam Matius 25:34*, " …  terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu. "Kita menerimanya bukan karena kebaikan atau perbuatan- perbuatan kita. Bacalah Lukas 17:7-10 dan Roma 6:23*. Yang patut kita peroleh ialah upah dosa, yaitu maut. Akan tetapi, oleh anugerah Allah kita mendapat hidup yang kekal. Kebajikan manusia tidak dapat memaksa Allah untuk memberikan pahala bagi kebajikan itu, akan tetapi Allah akan memberi pahala sesuai dengan kebajikan yang diperbuat oleh manusia. Dengan alasan ini seseorang dapat mengambil kesimpulan bahwa pahala diberikan oleh Allah oleh sebab rahmat dan kesetiaan Allah. Pahala untuk Yesus Kristus, yang telah menjadi penebus dan memberikan kesucian di dalam kita, boleh dituntut dan dapat dianggap sebagai utang Allah kepada Kristus, tetapi tidak dapat dianggap sebagai utang Allah kepada kita. Meskipun demikian, menurut segi pandangan yang lain, benar juga bahwa Allah memberikan pahala berdasarkan kebenaran dan keadilan Allah. Hal ini dapat kita ketahui dari 2Timotius 4:18; Ibrani 6:10; dan 2Yohanes 1:8*, di mana dikatakan bahwa pahala diberikan oleh karena kebenaran dan keadilan Allah. Di samping itu di dalam 2Yohanes 1:8* ada nasihat yang sangat berfaedah bagi kita.

RAHMAT DAN KEMURAHAN ALLAH
Secara umum, rahmat dan kemurahan Allah berarti kemurahan dan pengasihan dan kebaikan Allah yang dinyatakan bagi manusia, baik bagi manusia yang mentaati perintah Allah ataupun yang tidak. Air embun jatuh di atas duri dan di atas bunga mawar. Rahmat Allah membawa kebaikan dan keselamatan kepada orang-orang yang mula-mula melawan kehendak-Nya, sungguhpun untuk itu Allah mengadakan suatu korban yang luar biasa dan sukar.

Pernyataan Alkitab tentang Rahmat Allah
Rahmat dan kemurahan Allah berlimpah-limpah (Mazmur 62:12; 86:15*; Mazmur 103:8; 145:8; Ulangan 4:31; Lukas 15:11-32*). Rahmat Allah lebih ditujukan kepada orang yang berdosa dan kemurahan Allah kepada anak-anak-Nya yang setia. Rahmat Allah menginginkan kebaikan bagi manusia yang berdosa sehingga menyediakan penebusan. Lihatlah Roma 5:8*; Efesus 2:4*. Kemurahan Allah mencari kebaikan bagi orang-orang saleh, yaitu anak-anak Allah yang setia. Oleh sebab kemurahan-Nya Allah mencurahkan berkat-berkat ke atas orang saleh. Bacalah Roma 8:32*. Lukisan yang paling jelas mengenai rahmat dan kemurahan Allah ialah dalam perumpamaan Anak yang Hilang dalam Lukas 15:11-32*. Dalam perumpamaan itu diceritakan bahwa si bapa menunggu anaknya dengan sabar, dan bapa itu mau menyambut anaknya dengan baik dan dengan sukacita pada waktu anaknya kembali. Di samping itu si bapa sangat merindukan agar anaknya kembali, dan ia mengasihi anak itu. Demikian pulalah rahmat dan kemurahan Allah kepada manusia.

Kepada siapakah rahmat dan kemurahan Allah dinyatakan?
Rahmat dan kemurahan Allah dinyatakan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya (Roma 9:15-18*). Allah memberikan rahmat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, dan kita perlu ingat bahwa kehendak Allah itu suci dan sempurna. Meskipun Allah memberikan rahmat kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan seorangpun tidak dapat memerintah Dia untuk hal ini, akan tetapi kehendak-Nya ialah agar Ia dapat memberikan rahmat-Nya kepada semua manusia sebab rahmat-Nya cukup untuk segenap umat manusia. Bacalah 2Petrus 3:9*. Tuhan mau memberikan rahmat-Nya kepada semua orang, akan tetapi mereka harus bertobat untuk menerima rahmat itu.
Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang takut akan Dia dan yang mengasihi Dia, dan kepada hamba-hamba-Nya yang mentaati Firman Allah dengan segenap hati (Ulangan 7:9; Keluaran 20:6; Mazmur 103:11-22* 2Tawarikh 6:14). Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang mengakui dan meninggalkan dosanya (Amsal 28:13*).
Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang percaya dan berharap dan yang berseru kepada Tuhan (Mazmur 32:10; 86:5*). Bacalah juga Roma 10:12-13*.

Bagaimana rahmat Allah dinyatakan
Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Ia mengampuni dosa, apabila dosa itu diakui dan ditinggalkan, dan orang yang berdosa itu bertobat (Keluaran 34:7; Yesaya 55:7; Yeremia 3:12; Yunus 4:2; Mikha 7:18*; Mazmur 51:3; Bilangan 14:18-20*). Alkitab mengatakan bahwa tidak benar pendapat yang mengatakan seseorang baru mendapat rahmat Allah setelah ia jatuh ke dalam dosa. 2Tawarikh 6:14* membuktikan bahwa Allah mau memberikan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya dengan segenap hati mereka.

Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Allah sabar terhadap orang yang berdosa, walaupun mereka mengeraskan hati dan tetap dalam dosa (Nehemia 9:16-18,26,27,30,31). Bacalah juga 2Petrus 3:9*. Oleh karena rahmat-Nya, maka Allah sabar terhadap orang berdosa, meskipun dosa merupakan kebencian bagi Dia. Kalau keadilan Allah dinyatakan kepada mereka, tentu sudah lama mereka dibinasakan. Allah sabar sekali kepada orang berdosa walaupun dosa itu merupakan kebencian bagi-Nya. Hanya oleh sebab rahmat Allah kita tidak dibinasakan. Akan tetapi kita harus berhati-hati agar tidak merendahkan rahmat Allah, karena Allah kita laksana "api yang menghanguskan". Allah tidak melindungi dosa, tetapi Ia mau mengampuni dosa. Rahmat Allah merupakan benteng bagi orang yang bertobat, tetapi bukan tempat perlindungan bagi orang yang sombong dan yang dengan seenaknya berbuat dosa. Oleh sebab itulah manusia harus bertobat dari dosanya sebab rahmat dan kemurahan Tuhan itu diberikan dengan berlimpah. Rahmat Allah dinyatakan dalam hal berbagai macam pertolongan yang diberikan kepada orang yang percaya serta berharap kepada-Nya (Mazmur 21:8; 59:17; 6:2-5; Keluaran 15:13*).
Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Allah menyembuhkan orang sakit yang beriman akan Dia dan mentaati Firman-Nya yang diberikan berhubungan dengan keadaannya (Matius 8:16,17; Markus 16:15,17,18; Kisah 3:6-8*; Yohanes 5:13-16; Filipi 2:27; Yesaya 53:4*).
Allah menepati janji-Nya oleh karena kesetiaan-Nya; Allah membuat janji oleh karena kebaikan-Nya. Ayat-ayat lain mengenai rahmat Allah adalah:
Titus 3:4* -Kasih Allah kepada manusia.
Roma 2:4* -Kebaikan Allah.
Matius 5:44,45* -Kasihilah musuhmu … .karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga.
Yohanes 3:16; 2Petrus 1:3* -Kita diberi segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.
Roma 8:32; Yohanes 4:10* -Keadilan Allah menuntut kesucian dari manusia. Kasih dan Rahmat Allah memberikan kesucian itu.

KESETIAAN ALLAH

Firman Allah tentang Kesetiaan Allah (Allah itu Setia).
Arti kata setia: kata setia dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani berasal dari sebuah kata yang berarti "sokong" atau "tanggung". Orang yang setia berarti orang yang dapat "menyokong" kita, yang menanggung kita, yang kepadanya kita dapat bersandar tanpa merasa kuatir (Ulangan 7:9; 32:4*; Yesaya 49:7; 1Korintus 1:9; 10:13; 1Tesalonika 5:24; 2Tesalonika 3:3*; 1Yohanes 1:9*).
Lihatlah bagaimana kata itu dipakai dalam ayat-ayat yang berikut: Matius 24:45,46; 25:21,23; 1Timotius 1:15; Wahyu 21:5; Amsal 14:5*. Dalam ayat-ayat tersebut, bila dikatakan Allah itu setia, itu berarti kita dapat bersandar kepada-Nya tanpa kuatir, karena Dialah yang menyokong kita. Kesetiaan Allah menjadi dasar keyakinan kita bahwa Allah, karena kasih-Nya, akan menggenapi segala sesuatu yang telah dijanjikan-Nya kepada kita, yang percaya akan Dia dan yang mentaati Injil-Nya. Janji-janji Tuhan itu tidak dialaskan pada perbuatan- perbuatan kita, tetapi dialaskan pada perbuatan Yesus Kristus. Jadi kesalahan- kesalahan kita tidak dapat membatalkan janji itu, kalau kita mau bertobat. Dalam 1Yohanes 1:9* Tuhan itu setia dan adil, setia terhadap janji-Nya, dan adil terhadap Kristus. Kesetiaan Allah menentukan bahwa Ia akan mencukupkan segala kekurangan kita. Lihat Matius 6:33; 1Korintus 2:9; Mazmur 84:12*.

Kebesaran Kesetiaan Allah
Kesetiaan Allah besar, sampai ke awan (Mazmur 36:6; Ratapan 3:23*). Segala sesuatu dikerjakan Tuhan dengan kesetiaan-Nya (Mazmur 33:4*).

Bagaimana Kesetiaan Allah Dinyatakan
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah menggenapi semua janji-Nya, yaitu melaksanakan segala perintah-Nya, bagaimanapun juga sikap manusia (Ibrani 10:23,36,37; Ulangan 7:9; Yosua 23:14; 1Raja 8:23,24,56*; Mazmur 89:34,35; 119:89,90*). Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah membela serta melepaskan hamba-hamba-Nya daripada kesusahan dan perlawanan (1Petrus 4:19; Mazmur 89:21-27*).
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Ia tidak meninggalkan umat-Nya, melainkan Ia menyelamatkan mereka, walaupun mereka tidak setia kepada Allah (Ratapan 3:22; 1Samuel 12:20-22; Yeremia 51:5; 2Timotius 2:13*). Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak membiarkan anak-anak-Nya dicobai, melebihi kekuatan mereka, tetapi pada waktu mereka dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar sehingga mereka dapat menanggungnya (1Korintus 10:13*).
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah menetapkan serta meneguhkan orang-orang yang dipanggil-Nya, dan Ia melepaskan mereka dari si jahat, serta menguduskan dan memelihara mereka dengan sempurna, yaitu roh, tubuh dan jiwa mereka, sehingga mereka tidak bercacat pada waktu kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Keteguhan kepercayaan anak-anak Allah mengenai masa yang akan datang tidak bergantung pada kesetiaan mereka sendiri, tetapi berdasarkan pada kesetiaan Tuhan yang akan memelihara mereka, tetapi di dalam hati mereka harus ada kerinduan untuk dipelihara oleh Yesus Kristus (2Tesalonika 3:3; 1Korintus 1:8,9; 1Tesalonika 5:23,24*). Lihat juga Yohanes 10:28,29; Ibrani 6:4- 12*.
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mengajar anak-anak-Nya yang sesat (Mazmur 119:75; Ibrani 12:6*).
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni anak-anak-Nya bila mereka mengakui dosa-dosa mereka (1Yohanes 1:9*). Keteguhan kepercayaan bahwa Allah akan mengampuni dosa kita bila kita mengakuinya, berdasarkan pada dua hal: pertama; kebenaran Allah, dan kedua; kesetiaan Allah. Kalau kita kuatir bahwa dosa kita tidak diampuni sesudah kita mengakuinya, maka berarti kita menyangkal kebenaran dan kesetiaan Allah dan menganggap Dia pendusta.
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mendengar dan mengabulkan doa anak-anak-Nya (Mazmur 143:1,2*).
{Bila ingin mempelajari dengan lebih mendetail tentang sifat-sifat Allah, bacalah buku Mengenal Yang Mahakudus, sifat-sifat Allah: artinya dalam kehidupan Kristen, oleh A.W. Tozer.}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar