Jumat, 06 Desember 2013

Dasar Yang Teguh - Asas Pengajaran Tentang Allah

WUJUD ALLAH
Alkitab mulai dengan perkataan, "Pada mulanya Allah". Lihatlah Kejadian 1:1 dan Yohanes 1:1,2,3*. Tidak ada penulis Alkitab yang mencoba membuktikan bahwa Allah ada. Manusia di seluruh dunia percaya bahwa Allah ada, karena kepercayaan itu memang diletakkan oleh Allah dalam hati manusia. "Orang bebal berkata dalam hatinya: ‘Tidak ada Allah’ "(Mazmur 14:1*). Hanya orang bebal yang tidak percaya bahwa Allah ada. Bagi kita sebagai orang Kristen, kenyataan bahwa Allah itu ada diyakinkan di dalam hati kita, sebab kita dapat merasakan persekutuan dengan Allah. Oleh karena itu kita tidak perlu mencari bukti-bukti yang di luar. Dengan iman orang mengetahui bahwa ibunya adalah sungguh-sungguh ibunya. Walaupun ia tidak dapat membuktikannya, tetapi hal itu dinyatakan di dalam hatinya. Kalau kita ingin mendapatkan bukti bahwa Allah ada, lebih baik kita melihat kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah berkata kepada Filipus, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9 dan Ibrani 1:3*). Yesus Kristus menyatakan Allah kepada kita dan Ia sendiri adalah Allah (Yohanes 1:1*). Kenyataan bahwa Allah ada dibuktikan dalam sifat kesucian Yesus Kristus. Alkitab juga membuktikan bahwa Allah ada, sebab tanpa pertolongan Allah manusia tidak mungkin menulis Alkitab. Di samping itu pekerjaan Yesus Kristus membuktikan bahwa Allah ada. Jemaat Kristus juga membuktikan bahwa Allah ada.




ALLAH ADALAH ROH
"Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24*). Perempuan Samaria bertanya kepada Yesus, di mana ia dapat menemui Allah, apakah di Gunung Sion atau di Gerizim. Dan Tuhan Yesus menjawab bahwa Allah tidak dapat ditempatkan pada suatu tempat. Tuhan Allah harus disembah dengan roh, dan tidak dapat bergantung pada tempat, rupa atau syarat-syarat lain yang diadakan oleh manusia. Ia harus disembah dalam kebenaran, dalam pengertian yang benar. Sebab banyak orang yang menyembah dengan pengertian yang salah karena kurang pengertian, misalnya orang harus menyembah Allah di Mekhah, atau di Yerusalem, atau di Roma. Segala tempat adalah suci bagi orang yang menyembah Tuhan dengan roh dan kebenaran. Mengenai Allah adalah Roh dapat kita lihat dalam 1Korintus 2:10-12*.
Pertanyaan: Apakah roh itu?
Jawab: Roh tidak berdaging dan tidak bertulang (Lukas 24:39*), tidak berbentuk suatu wujud seperti kita.
Roh ialah suatu oknum yang tidak terlihat oleh kita dan yang tidak berbentuk atau berwujud. Roh itu tidak mempunyai batasan seperti manusia. Jadi kalau kita mengatakan, "Allah itu Roh," itu berarti Allah tidak ada rupanya, tidak bertubuh seperti kita, tidak terlihat oleh kita dalam keadaan kita sekarang. Tuhan Allah tidak dapat dilukiskan atau dibatasi dengan akal budi kita. Kita mengenal Allah dan bersekutu dengan Allah dengan roh atau jiwa kita, bukan dengan pancaindera kita. Lihat Ulangan 4:15-18, Yesaya 40:25 dan Keluaran 20:4*. Kalau kita membaca ayat-ayat tersebut kita akan mengetahui apa sebabnya demikian, sebab tidak seorangpun yang pernah melihat Allah dan oleh karenanya tidak dapat melukiskan Dia. Allah tidak berasal dari dunia ini, oleh sebab itu tidak kelihatan oleh mata jasmani kita yang sekarang.
Pertanyaan: Apa yang dimaksud dalam Kejadian 1:27*, yang mengatakan "Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya."
Jawab       : "Manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya" (Kolose 3:10*).
" …  yang dijadikan menurut teladan Allah di dalam kebenaran dan kesucian yang benar" (Efesus 4:23,24* terjemahan lama, TKB). "Gambar Allah yang tidak kelihatan" (Kolose 1:15*). Kata "gambar" dan "teladan" bukan berarti kita membayangkan Allah dalam wujud jasmani, melainkan dalam hal kita dapat membedakan baik dan jahat. Manusia mempunyai persamaan dengan Allah dalam hal mengetahui yang baik dan yang jahat, juga dalam hal pengetahuan tentang "kebenaran" dan "kesucian yang benar." Ada yang berpendapat "gambar" Allah berarti manusia mempunyai tiga bagian, yaitu roh, jiwa, tubuh, sama dengan Allah yang Esa tetapi merupakan Tritunggal (Lihat 1Tesalonika 5:23*).
Pertanyaan: Apa artinya manusia dijadikan menurut gambar Allah sehingga mengetahui yang baik dan yang jahat, padahal sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Allah mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat. "Bukankah manusia sudah mengetahui yang baik dan yang jahat sebelum ia berdosa? Apakah ia beruntung karena ia mengetahui yang baik dan yang jahat setelah ia jatuh ke dalam dosa?
Manusia tidak beruntung apa-apa sesudah berdosa, tidak mendapat faedah atau sesuatu pengetahuan yang tidak dimiliki sebelumnya; ia hanya tahu bahwa dirinya telanjang dan berdosa. Manusia diciptakan dalam keadaan suci dan tidak tahu berbuat dosa. Sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, manusia tahu tentang dosa sebab manusia berbuat dosa itu. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa mereka tidak tahu tentang dosa sebab dosa tidak diperbuat oleh mereka. Manusia sudah mengetahui bahwa kalau ia mentaati Firman Allah itu baik, dan kalau ia melanggar Firman Allah yang telah diketahuinya berarti ia jahat. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa Allah telah memerintahkan agar mereka tidak melanggar kehendak Allah, yaitu makan buah larangan. Manusia mengerti apa yang baik yang patut dilakukannya. Dengan demikian manusia tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik sebelum ia berbuat dosa.
Sebelum jatuh ke dalam dosa manusia sudah tahu bahwa ia bersalah kalau ia makan buah itu. Manusia hanya mengenal kejahatan setelah ia jatuh ke dalam dosa, yaitu ketika ia merasa dirinya jahat atau berdosa. Manusia merasa dirinya baik kalau ia tidak berdosa (melanggar Firman Allah). Sebelum ia jatuh tidak ada perasaan berdosa di dalam hatinya sebab ia suci. Manusia diciptakan menurut gambar Allah di dalam hal Ketritunggalan, yaitu roh, jiwa dan tubuh (1Tesalonika 5:23*). Roh manusia merupakan bagian yang dapat mengenal dan bersekutu dengan Allah, dan bagian yang menyembah Allah. Jiwa merupakan bagian dari manusia yang mengenal dirinya sendiri; jiwa merupakan pusat pemikiran, keinginan, kebencian, kasih, kehendak dan pengetahuan. Di dalam Alkitab kata batin (hati) dan "pikiran" seringkali yang dimaksudkan adalah jiwa. Tubuh dapat diceraikan dari roh atau dari jiwa, yaitu pada waktu kematian. Tubuh merupakan bagian yang penting juga sebab tubuh akan dibangkitkan pada hari kebangkitan. Manusia diciptakan dalam keadaan suci (tidak memiliki keinginan untuk berdosa) dan dalam keadaan sempurna. Kepadanya diberikan suatu ujian yang tidak berat dan kepadanya diberitahukan tentang kesudahannya dan hukumannya apabila ia tidak mentaati Firman Allah itu.

Roh Pernah Menyatakan Diri Dalam Wujud Yang Kelihatan
"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya" (Yohanes 1:32*). Dari ayat ini kita mengetahui bahwa Roh dapat menyatakan diri dalam wujud yang kelihatan. Pada zaman dahulu Tuhan Allah menyatakan diri-Nya dalam rupa yang dapat dilihat oleh manusia.

Allah Menyatakan Diri Dalam Wujud yang Kelihatan.
"Lalu mereka melihat Allah Israel" (Keluaran 24:9,10*). Dari ayat ini kita mengetahui bahwa pada zaman dahulu Tuhan Allah sudah menyatakan diri-Nya dalam rupa yang kelihatan.

Apa yang terlihat dalam Penyataan Allah itu?
"Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah" (Yohanes 1:18*). Manusia meminta agar dapat melihat wajah Allah, tetapi hanya diperkenankan melihat belakang-Nya (Keluaran 33:18-23*). Dari ayat-ayat ini kita tahu bagaimana wujud penyataan Allah itu, yaitu bukan Allah sendiri, yaitu dalam zat-Nya yang tidak kelihatan, melainkan dalam suatu pernyataan.
Pertanyaan: Adakah pertentangan antara Keluaran 24:9,10*; Yesaya 6:1 dan Yohanes 1:18*?
Jawab       : Tidak. Seseorang melihat bayangan mukanya pada cermin. Orang itu benar apabila ia mengatakan, "Saya sudah melihat muka saya." Dan ia juga benar apabila ia mengatakan, "Saya belum pernah melihat muka saya." Demikian pula manusia di dalam melihat penyataan Allah, dan mereka benar bila mereka mengaku telah melihat Allah. Akan tetapi tidak seorangpun yang pernah melihat Allah dalam zat- Nya yang tidak kelihatan itu. Oleh sebab itu dapat juga dikatakan, "Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah."
Dalam daftar mengenai penyataan-penyataan Allah, dapat dimasukkan "Malaikat Tuhan," yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa aslinya selalu dibedakan antara "Malaikat Tuhan" dengan "seorang Malaikat Tuhan". Seorang malaikat Tuhan berarti salah satu diantara Malaikat Tuhan, tetapi Malaikat Tuhan artinya "Tuhan" atau sama dengan Tuhan, Kejadian 16:7-10,13. Dalam ayat sepuluh (Kejadian 16:10*) Malaikat Tuhan sama dengan Tuhan (Yehova) dalam ayat tigabelas (Kejadian 16:13). Bacalah Kejadian 21:17,18*. Dalam Kejadian 22:11,12* kita mengetahui bahwa Malaikat Tuhan dalam ayat sebelas (Kejadian 22:11*) sama dengan Allah dalam ayat duabelas (Kejadian 22:12). Dalam Hakim 2:1,2* Malaikat Tuhan berfirman, "Telah Ku … ; Aku tidak akan … " Dalam Kejadian 18:1,2,10,13-16*, salah satu dari ketiga Malaikat itu adalah Allah. Dalam pasal Kejadian 19:1-36* hanya dua yang pergi ke Sodom. Dalam ayat-ayat Kejadian 18:17,20,22* jelas bahwa salah satu dari ketiga orang itu adalah Tuhan, yaitu yang tinggal dan bercakap-cakap dengan Abraham. Nyata bahwa Malaikat Tuhan itu adalah Yehova, yaitu suatu penyataan Allah.

Pertanyaan: Siapakah Malaikat Tuhan itu?
Jawab: Dalam Kitab Hakim 13:18* Ia disebut "Ajaib".
Bacalah Yesaya 9:5* (TKB) tentang nubuat kelahiran Yesus Kristus, di dalam ayat itu, Ia juga dinamai "Ajaib". Dari ayat-ayat ini jelaslah jawaban bagi pertanyaan di atas, yaitu Malaikat Tuhan ialah Kristus, Anak Allah, sebelum Ia lahir ke dalam dunia. Bacalah Yohanes 8:56*. Ayat itu menguatkan penyataan di atas bahwa kata "Malaikat Tuhan" tidak didapati sesudah Yesus Kristus lahir. Bacalah juga Matius 1:20; 28:2*; Kisah 8:26; 12:7,23*.

Allah itu Hidup
Allah bukan hanya Roh saja. Dalam Alkitab kita mendapati ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah Hidup, Allah adalah Terang dan Allah adalah Kasih.
Kita tahu bahwa Allah ada, tetapi lebih lanjut lagi kita mengetahui bahwa Allah hidup. Hal ini dijelaskan di dalam Yohanes 5:26*. Tuhan Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup" (Yohanes 14:6*). Kehidupan yang sempurna memang ada, yaitu di dalam Allah Bapa, dan diberikan kepada jemaat-Nya melalui Yesus Kristus. Lihat Yohanes 6:57,58*. Yohanes memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus sebagai Kalam (Perkataan) Allah, "Dalam Dia ada hidup itu dan hidup itu adalah terang manusia" (Yohanes 1:4*). Rasul Paulus mengatakan tentang Yesus Kristus demikian, "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut" (Roma 8:2*).

Allah adalah Terang
"Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan" (1Yohanes 1:5*). Yang dimaksud Yohanes bukan Allah merupakan salah satu terang, tetapi Allah adalah Terang. Allah adalah terang, dan kebenaran-Nya sempurna. Terang-Nya memancarkan kebenaran-Nya, oleh sebab itu tidak ada kesalahan di dalam-Nya. Yesus Kristus adalah Terang Allah yang menyatakan kebenaran Allah kepada kita. Bandingkan Yesaya 10:17*; Ibrani 1:3; 2Korintus 4:4-6*. Yesus Kristus adalah penyataan Allah kepada kita, Dialah yang menyatakan Allah kepada kita. Selidikilah Yakobus 1:17 dan 1Timotius 6:16*.

Allah itu Kasih.
Yohanes telah membahas tentang sifat Allah, yaitu Allah itu Kasih. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia" (1Yohanes 4:8,16*). Di dalam kasih harus ada yang mengasihi dan yang dikasihi. Kita dapat melihat kasih yang sempurna di antara Allah Tritunggal. Lihatlah Yohanes 17:24*. Kasih yang demikian juga ditunjukkan kepada murid-murid-Nya (Lihat ayat Yohanes 17:23*). Allah harus menyatakan kasih-Nya kepada mahkluk-Nya sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 3:16*, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

ALLAH ADALAH SATU PRIBADI
Dalam agama yang benar harus ada persekutuan di antara yang menyembah dan yang disembah, yaitu antara manusia dan Allah. Demikianlah dalam agama Kristen, yaitu persekutuan secara pribadi, antara Allah di surga dengan manusia di dunia ini. Bila Allah bukan satu pribadi tentu manusia tidak dapat bersekutu dengan Dia. Demikian juga kalau manusia bukan satu pribadi tentu tidak ada persekutuan antara Allah dan manusia. Allah adalah satu pribadi, dan hal itu banyak dibuktikan di dalam Alkitab.

Apakah Pribadi itu?
Satu pribadi memiliki tiga hal: memiliki pengetahuan, memiliki perasaan, memiliki kehendak diri. Berikut ini adalah beberapa ayat yang membuktikan bahwa Allah memiliki pengetahuan: Amsal 15:3; Yeremia 29:11*; Kisah 15:18; Ibrani 4:13*. Ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah mempunyai perasaan: Mazmur 33:5; 103:8-13; Ibrani 4:13*; Yakobus 5:11*. Ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah mempunyai kehendak hati: Mazmur 115:3; Yesaya 46:10,11; Daniel 4:35; Matius 19:26*.
Janganlah kita menganggap bahwa oleh sebab Allah berada di mana-mana tempat dan di dalam segala sesuatu, maka segala sesuatu adalah Allah, seperti pohon atau batu. Pengajaran itu sesat dan salah. Kita juga tidak boleh beranggapan bahwa Allah bukan suatu pribadi; jangan menyangka bahwa Allah hanya berwujud dalam ciptaan-Nya atau makhluk-Nya, tidak memiliki wujud tersendiri. Oleh sebab itu kita tidak dapat mengatakan, "Allah adalah satu pribadi yang hidup, satu pribadi yang nyata."

Allah adalah Satu Pribadi yang Hidup.
Bacalah Yeremia 10:10-16, juga ayat Yeremia 10:3-9*. Dalam ayat Yeremia 10:3-9* dikemukakan bahwa Allah tidak sama dengan berhala-berhala, yang sebenarnya hanyalah benda-benda mati; bukan satu pribadi. Berhala tidak dapat berbicara, tidak dapat berjalan, tidak dapat berbuat baik, dan tidak dapat berbuat jahat, akan tetapi Allah (Yehova) lebih berbudi dari pada semua orang yang berbudi dan Ia adalah Tuhan Allah yang hidup, Raja yang kekal, satu pribadi yang bisa marah. Di hadapan kemurkaan-Nya semua kerajaan gemetar. Lihat Kisah 14:15*. Dalam ayat itu Rasul Paulus berkata tentang Allah yang hidup. Dalam 1Tesalonika 1:9* Allah disebut Allah yang hidup. Lihat juga 2Tawarikh 16:9 dan Mazmur 94:9,10*.
Allah kita adalah Allah yang hidup. Ia mendengar, melihat, berperasaan, berkehendak, bekerja, dan Ia merupakan satu pribadi yang hidup. Allah harus dibedakan dari berhala-berhala, yang sebenarnya hanyalah benda-benda mati yang bukan merupakan satu pribadi. Allah harus dibedakan dari makhluk-makhluk yang Ia ciptakan. Ia adalah satu pribadi. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah satu pribadi. Dan setiap pribadi mempunyai pengetahuan akan dirinya sendiri, dan mempunyai kehendak sendiri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri bukan hanya sekedar pengetahuan biasa. Binatang juga mempunyai pengetahuan sedikit. Manusia mempunyai kuasa untuk mengambil keputusan dan melakukan sesuatu, ia menyadari keadaan dirinya, sedangkan binatang tidak demikian.
Manusia tahu bahwa segenap kelakuannya ditentukan dalam dirinya sendiri. Tindakan manusia ditentukan di dalam dirinya, tetapi tindakan binatang ditentukan oleh hubungannya dengan yang di luarnya. Semua perbuatan manusia ditentukan dan dikendalikan dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan Allah adalah satu pribadi yang mengetahui keadaan diri-Nya dan mempunyai kehendak diri secara sempurna.
"Aku ada" membuktikan bahwa Allah berwujud dan Allah ada pada segala tempat (Keluaran 3:14*). Allah tidak dapat dibatasi. Hanya ada satu pribadi yang benar, yang sempurna dan yang tidak dapat dibatasi, yaitu Allah. Bacalah Mazmur 145:3; Ayub 11:7-9; Yesaya 66:1; 1Raja 8:27*. Roma 11:33. Dalam Keluaran 3:14* Tuhan berfirman, "Aku adalah Aku". Maksud dari perkataan itu khususnya menunjukkan bahwa Allah adalah satu pribadi. Ayat itu dapat diartikan sebagai berikut: "Aku tidak berubah dari dahulu, sekarang dan yang akan datang," dan ini sesuai dengan yang dikatakan di dalam Wahyu 1:8*, "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha Kuasa". Semua sebutan bagi Allah yang ditulis dalam Alkitab menyatakan bahwa Ia adalah satu pribadi.
Yehova Jireh           : Tuhan yang mengadakannya atau yang mencukupkan (Kejadian 22:14*).
Yehova Rafa           : Tuhan Tabibmu (Keluaran 15:26*).
Yehova Nissi           : Tuhan panji-panjiku (Keluaran 17:15*).
Yehova Syalom       : Tuhan pohon selamatku (Hakim 6:24*).
Yehova Raak          : Tuhan gembalaku (Mazmur 23:1*).
Yehova Tsidkenu    : Tuhan kebenaran kami (Yeremia 23:6*).
Yehova Syemmah   : Tuhan ada di sana (menyertai) (Yehezkiel 48:35*).
Dalam Yohanes 17:3* kita membaca, " …  bahwa mereka mengenal Engkau". Kita tidak dapat mengenal suatu jadi-jadian, kita hanya dapat mengenal satu pribadi. Dari ayat di atas nyata juga bahwa Allah adalah satu pribadi. Dalam Alkitab dibedakan dengan jelas antara Allah Israel yang mahakuasa dan ilah bangsa kafir. Dalam Kisah 14:15; 1Tesalonika 1:9; Mazmur 94:9,10* kita dapat melihat perbedaan antara Allah yang hidup dan berhala yang mati. Allah mempunyai sifat-sifat pribadi yang nyata yang dapat kita lihat dalam ayat-ayat berikut: Kejadian 6:6; 1Raja 11:9*; Ulangan 6:15; Wahyu 3:19; Amsal 6:16*.

Hubungan Allah dengan Manusia.
Allah mengadakan hubungan dengan manusia dan menyatakan diri-Nya dalam perkara- perkara manusia. Allah telah menyediakan jalan bagi umat milik-Nya dan Ia memimpin mereka dalam perjalanan itu. Allah membebaskan, menyelamatkan dan menghukum manusia. Allah kita tidak hanya nyata di dalam makhluk-Nya dan ciptaan-Nya. Demikian juga Allah tidak menciptakan alam ini dan segenap makhluk-Nya serta memberikan kuasa kepada semua ciptaan-Nya itu lalu membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja. Sekali-kali Allah tidak demikian. Ia bukan seperti tukang pembuat jam yang setelah jam itu jadi lalu diputar dan ditinggalkan karena menganggap pekerjaannya telah selesai. Allah kita masih mengadakan hubungan dan masih ikut bekerja dalam segala perkara alam ini. Dari Kejadian 1:1,26 dan Yohanes 1:1-3* nyata bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dan juga manusia. Alam ini tidak ada dengan sendirinya dari dahulu, melainkan diciptakan. Alam semesta ini bukan kebetulan ada, melainkan ada sebab dijadikan. Hal ini juga membuktikan bahwa Allah adalah satu pribadi. Kita mengetahui bahwa Allah tetap meneruskan hubungan dengan alam dan manusia, dari ayat-ayat yang berikut: Ibrani 1:3; Kolose 1:15-17; Mazmur 104:27- 30*; Mazmur 75:7,8*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa Allah memperhatikan dan memelihara segala sesuatu dengan kuasa-Nya. Semua makhluk menantikan rezeki mereka dari tangan Allah. Bila tidak demikian alam ini akan rusak dan hancur lebur. Allah memberi rezeki kepada semua makhluk-Nya. Allah mengatur sejarah dunia ini dan memerintah dari sorga. Burung pipit dipelihara- Nya, rambut kita diketahui jumlahnya, bunga-bunga didandani-Nya, dan Ia ikut merasakan penderitaan kita (Matius 6:28-30; 10:29,30*; Kejadian 39:21; 50:20; Daniel 1:9; Ayub 1:12*). Dari semua bukti itu nyata bahwa tak dapat tiada Allah adalah satu pribadi.

KEESAAN ALLAH
Asas pengajaran tentang keesaan Allah berlawanan dengan pengajaran yang mengatakan bahwa ada banyak Allah; dan berlawanan dengan pengajaran yang berpendapat bahwa ada tiga Allah; yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ada banyak ayat di dalam Alkitab yang memberikan kepastian bahwa Allah Esa. Bacalah: Ulangan 4:35; 6:4; Yesaya 44:6; 45:5,14,18; 1Timotius 2:5*; Markus 10:18; 12:29*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa sungguh Tuhan Allah kita adalah Allah yang Esa, dan kecuali Dia tidaklah ada Allah lain. Mustahil ada dua Allah, sebab Allah Mahakuasa dan tidak mungkin ada dua yang Mahakuasa.

Sifat Keesaan Allah
Asas pengajaran tentang keesaan Allah tidak berlawanan dengan Tritunggal dalam keesaan Allah itu. Memang ada tiga oknum dalam diri Allah, tetapi Allah itu Esa. Perkataan Ibrani dalam Kejadian 2:24* dan Kejadian 11:6* adalah "satu yang Esa," artinya "satu yang terdiri lebih dari satu unsur yang berhubungan dan bercampur". Misalnya suami dan isteri menjadi satu daging, artinya satu. Bila bangsa Israel menyebut "satu daging" artinya satu. Dalam bahasa Yunani ada juga kata yang dipakai untuk menunjukkan arti satu. Lihatlah 1Korintus 3:6-8*, ia yang menanam dan yang menyiram adalah satu. 1Korintus 12:13* mengatakan, " …  dibaptis menjadi satu tubuh". Juga Yohanes 10:30* mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu".
Bandingkan ayat-ayat di atas dengan Yohanes 17:2-23* dan Galatia 3:28*. Sekalianya menjadi satu dalam Yesus Kristus. Perkataan "satu" dalam ayat-ayat itu dapat dibayangkan dengan "setandan pisang," artinya satu tandan tetapi terdiri dari beberapa buah pisang. Dalam bahasa Ibrani kata yang dipergunakan untuk Allah ialah "ecad".
Kita dapat melihat bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing disebut Allah walaupun ketiganya merupakan pribadi yang tersendiri. Bacalah Matius 3:16,17; 2Korintus 13:13*. Tetapi bagaimana mungkin Allah yang Esa itu terdiri atas tiga pribadi pada saat yang sama?
Jawab: Allah itu Esa dan Allah terdiri dari tiga pribadi bukan berdasarkan pada satu segi pandangan. Tidak ada jawaban yang jelas dan sempurna untuk menerangkan tentang Allah yang Esa dan Allah Tritunggal (terdiri dari 3 pribadi) itu.
1. Allah adalah Roh, dan perhitungan adalah buatan manusia dan alam yang kelihatan, sulit bila kita membandingkan hal-hal rohani menurut keadaan jasmani yang terbatas.
2. Allah tidak terbatas, sedangkan kita sangat terbatas sekali. Tuhan Allah diam di dalam terang yang tidak dapat dihampiri oleh manusia. Kalau kita mencoba menerangkan keesaan Allah dan Tritunggal Allah, berarti kita mencoba menjelaskan hal yang tidak terbatas dengan pikiran dan perkataan yang terbatas, jadi penjelasan itu tidak sempurna.
Hanya ini yang dapat kita ketahui, yaitu bahwa Allah yang Esa itu adalah Allah Tritunggal. Hanya ada satu Allah, akan tetapi Allah menyatakan diri kepada manusia sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ketiga pribadi itu berbeda manifestasinya. Yohanes 14:16* mengatakan, "Aku akan minta kepada Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh kebenaran." Di dalam Markus 1:10,11* disebutkan bahwa Roh Kudus turun ke atas Tuhan Yesus.
Jadi, Allah hanya satu, dan Ia menyatakan diri-Nya kepada kita dalam tiga pribadi-Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

ALLAH YANG ESA ADALAH ALLAH TRITUNGGAL
Sesungguhnya ini merupakan satu rahasia yang tidak dapat kita mengerti dengan sejelas-jelasnya. Akan tetapi hal ini diajarkan kepada kita di dalam Alkitab. Hal ini merupakan suatu asas pengajaran yang patut dipercayai walaupun kita tidak dapat mengerti dengan jelas.

Pengajaran Perjanjian Lama mengenai Allah Tritunggal.
Hal ini tidak disebutkan dengan jelas dalam Perjanjian Lama, tetapi disinggung sedikit:
  1. Nama Allah yang asli berarti lebih dari satu, yaitu "Elohim". 
  2. Kita juga menemui perkataan "kita" yang dipakai oleh Allah untuk menyebut diri-Nya, dalam Kejadian 1:26; 11:7; Yesaya 6:8*. 
  3. Demikian juga kata "Malaikat Tuhan" dalam Kejadian 16:7,9,10*. 
  4. Pekerjaan Roh Kudus, Kejadian 1:2; Hakim 6:34*. 
  5. Kedua perkataan "Tuhan," Kejadian 19:24*.
Pengajaran Perjanjian Baru mengenai Allah Tritunggal.
Dalam Perjanjian Baru hal ini disebutkan dengan jelas:
  1. Ketika Yesus dibaptiskan, Matius 3:16,17*. Dalam ayat ini Allah Bapa berkata dari sorga, Allah Anak dibaptiskan di Sungai Yordan, dan Allah Roh Kudus turun ke atas Yesus dalam wujud burung merpati. 
  2. Perkataan yang dipakai pada saat membaptiskan orang-orang, Matius 28:19*. Dalam bahasa Yunaninya, kata "nama" dalam Matius 28:19* itu menyatakan bentuk tunggal, padahal menyebutkan tiga nama, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Jadi di sini nyata pula bahwa Allah yang Esa itu adalah Allah Tritunggal. 
  3. Perkataan yang terdapat dalam 2Korintus 13:13*. 
  4. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan tentang hal ini, lihat Yohanes 14:16*. 
  5. Dalam Perjanjian Baru ada istilah-istilah: ‘Allah’, artinya ‘Bapa’ (Roma 1:7; 1Korintus 2:8-10*), ‘Allah’ artinya ‘Anak’ (Yohanes 20:28; 1:1; 6:27; Titus 2:13; Roma 9:15*), dan "Allah" artinya "Roh Kudus" (Kisah 5:3,4*).
Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa: Bapa ialah kepenuhan Allah yang tidak kelihatan (Yohanes 1:18*); Anak ialah kepenuhan Allah yang telah dinyatakan (Yohanes 1:14-18*); Roh Kudus ialah kepenuhan Allah yang bekerja di dalam diri manusia (1Korintus 2:9,10). Bacalah Kolose 2:9*. Pertimbangan pikiran kita dapat menjelaskan keesaan Allah, akan tetapi hanya pernyataan Allah yang dapat menerangkan kepada kita bahwa Allah merupakan Tritunggal. Lihat 1Korintus 15:27,28. Dalam Yohanes 1:18* dikatakan, "Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya." Dalam Yohanes 20:28* Tomas berkata kepada Tuhan Yesus, "Ya Tuhanku, dan Allahku," dan oleh sebab Tuhan Yesus tidak menegur Tomas, berarti Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia adalah Allah. Dengan mengatakan demikian, tidak berarti bahwa Tomas memuji-muji lebih dari yang sepatutnya untuk mencari muka, sebab kalau memang demikian Tuhan Yesus akan menegur dia. Ada perbedaan antara perbuatan Tuhan Yesus dengan perbuatan Rasul Paulus dan Barnabas di Listera ketika orang-orang akan mempersembahkan korban kepada mereka, Barnabas sebagai Zeus, dan Paulus sebagai Hermes (Kisah 14:11-18*). Kata-kata Tomas ditujukan kepada Yesus Kristus dan diterima oleh-Nya, sebagai perlakuan yang benar bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah bagi Tomas. Dari antara rasul-rasul, Tomas adalah rasul yang sering merasa syak, dan dalam hal ini Yohanes ingin menunjukkan bagaimana orang yang syak hatinya digerakkan untuk percaya dan mengakui bahwa Yesus ialah Allah. Inilah yang diinginkan oleh Yohanes, yaitu membuktikan dalam Injil yang dituliskan bahwa Yesus ialah Allah yang hidup di atas bumi, dan Yohanes adalah sahabat Tuhan yang paling dikasihi oleh Dia. Dalam Roma 9:5* Rasul Paulus menyebut Yesus Kristus sebagai Allah. Bacalah ayat itu. Dalam Titus 2:13* dipakai kata "penyataan," dan kata itu tidak pernah dipakai untuk Allah Bapa, hanya untuk Allah Anak. Ayat itu dapat diterjemahkan demikian, "menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dalam pernyataan kemuliaan Allah Yang Mahabesar, yaitu Juruselamat kita Yesus Kristus. Dalam kalimat itu "Allah Yang Mahabesar" dan "Juruselamat kita Yesus Kristus" adalah satu pribadi. Dalam Ibr 1:8-10*, nyata bahwa dalam ayat-ayat itu Tuhan Yesus Kristus yang dibicarakan, begitu juga ayat Ibrani 1:9-13. Dalam ayat Ibrani 1:10* dikatakan, "Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau (Anak Allah-Yesus Kristus), telah meletakkan dasar bumi … " Jelas bahwa dalam ayat Ibrani 1:8,10* itu Yesus Kristus itu disebut Allah.

Pekerjaan Allah juga dikerjakan oleh Yesus.
  1. Tuhan Yesus menjadikan alam, Yohanes 1:3; 1Korintus 8:6*; Kolose 1:16; Ibrani 1:10; Wahyu 3:14*. 
  2. Tuhan Yesus menanggung segala sesuatu, Kolose 1:17; Ibrani 1:3*. 
  3. Tuhan Yesus membangkitkan orang-orang mati lalu menghukum mereka dan dunia juga, Yohanes 5:27-29; Matius 25:31,32*. Yesus Kristuslah yang menyatakan Allah kepada kita dan yang menebus kita; ini merupakan satu bukti Ketuhanan Yesus Kristus yang memuaskan hati orang Kristen.
 Tuhan Yesus Menerima Kehormatan dan Penyembahan sama seperti Allah.
Yohanes 20:23; Yohanes 5:23; 14:14; Roma 10:9; 10:13; 1Korintus 11:24*; Ibrani 1:6; Filipi 2:10,11; Wahyu 5:12-14; dll. 1Petrus 3:15* mengatakan, "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"
Tuhan Yesus sama dan setara dengan Allah
Yohanes 5:18; Filipi 2:6*. Hal ini tidak boleh ditahankan dari manusia, tetapi harus diberitakan kepada manusia. Dari semuanya yang telah disebutkan nyatalah bahwa Tuhan Yesus adalah Allah.

Roh Kudus adalah Allah.
Roh manusia adalah batin kita, roh manusia itu adalah diri manusia yang sejati; demikian pula Roh Allah adalah Allah. Lihatlah 1Korintus 2:11*. Bilamana mata rohani kita dicelikkan, kita akan melihat Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, dan kita harus mengakui bahwa Roh Allah sudah bekerja dalam hati kita dan sudah menyatakan hal-hal tentang Tuhan Yesus kepada kita. Roh Allah (Roh Kudus) harus dibedakan dengan Bapa dan Anak. Dalam kata-kata yang diucapkan dalam upacara pembaptisan dan dalam "Nikmat," Roh Kudus ditinggikan sama dengan Bapa dan Anak. Kita patut mempelajari sifat-sifat Allah bersama-sama dengan sifat-sifat Kristus dan Roh Kudus.
Roh Kudus adalah Satu Pribadi yang Nyata, sama seperti Bapa dan Anak.
Lihatlah Yohanes 15:26; Galatia 4:6; Yohanes 16:7*. Roh Kudus adalah pengantara, Roma 8:26; Yohanes 14:16*. Roh Kudus dapat menyelidiki, mengetahui, berfirman, menyaksikan, menempelak, menolong, menggerakkan hati, memimpikan, menjadikan sesuatu, menyucikan, mendoakan, mengatur perkara-perkara jemaat, melakukan mujizat, membangkitkan orang mati; oleh sebab itu Ia bukan hanya merupakan suatu hasil dari sifat Allah, tetapi benar-benar merupakan satu pribadi. Roh Kudus dapat ditolak, didukacitakan dan dihujat oleh manusia. Menghujat dan berdosa kepada Roh Kudus tidak dapat diampuni; bila demikian, tentu dosa itu bukan terhadap sifat Allah melainkan terhadap pribadi Allah, yaitu Roh Kudus, Matius 12:31*; Yesaya 63:10; Kisah 5:3,4,9; 7:51; Efesus 4:30*. Roh Kudus dapat mengasihi kita (Roma 15:30*).
Walaupun Allah yang Esa itu mempunyai tiga pribadi; tetapi Ia hanya satu. Kita sepatutnya mengatakan, "Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, akan tetapi tidak berarti bahwa ada tiga Allah, sebab hanya satu Allah yang Esa."

Ketiga Pribadi: Allah, Anak, dan Roh Kudus sama besarnya.
  1. Bapa sebagai Bapa saja, bukan Allah dalam keseluruhan, sebab Allah bukan hanya Bapa saja, tetapi juga sebagai Anak dan Roh Kudus. Bapa artinya Bapa dalam hubungan-Nya dengan Anak dan melalui Anak, hubungan-Nya dengan jemaat dan dunia ini. Memang Allah adalah Bapa dalam hubungannya dengan Anak, hanya apabila kita dipersatukan dengan Kristus, barulah kita menjadi anak-anak Allah dan dapat menyebut Allah sebagai Bapa kita. 
  2. Anak sebagai Anak saja, bukan Allah dalam keseluruhan, sebab Allah bukan hanya Anak saja, tetapi juga Bapa dan Roh Kudus. Anak artinya Anak dalam hubungannya dengan Bapa. Anak diutus ke dalam dunia oleh Bapa untuk menebus dunia ini. Dan Anak dengan Bapa mengutus Roh Kudus. 
  3. Roh Kudus sebagai Roh Kudus saja, bukan Allah dalam keseluruhan, sebab Allah bukan hanya Roh Kudus saja, tetapi juga Bapa dan Anak. Roh Kudus artinya, Roh Kudus dalam hubungannya dengan Bapa dan Anak. Roh Kudus diutus oleh Bapa dan Anak untuk membebaskan hati manusia agar datang kepada Kristus dan Ia diutus untuk menguduskan hati orang-orang Kristen. Salah satu dari ketiga pribadi ini (Bapa, Anak, Roh Kudus) kalau dipisahkan dari hubungannya dengan kedua yang lain, tidak dapat dan tidak boleh disebut Allah yang Esa.

KEKEKALAN ALLAH
  1. Allah itu kekal, Kejadian 21:33; Yesaya 40:28; Ibrani 1:12*; Mazmur 90:2-4; 102:25-28*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa Allah itu kekal. Allah tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Sebelum zaman-zaman purba, Allah sudah ada, dan Ia sekarang ada, bahkan Ia selalu akan ada pada segala zaman yang akan datang. Dalam Keluaran 3:14* (TKB), Yehova mengatakan, "Aku akan ada, yang Aku ada". 
  2. Allah tidak berubah, Maleakhi 3:6; Yakobus 1:17*. Bagi Allah, waktu yang telah lalu, yang sedang dijalani sekarang dan yang akan datang adalah sama saja, yaitu sama dengan sekarang. 1Samuel 15:29* dan Ibrani 6:17* menunjukkan bahwa Allah tidak berubah. Allah tidak berubah dalam perkataan-Nya, kehendak-Nya dan sifat serta tindakan-Nya.
Pertanyaan: Yunus 3:10*. Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah telah menyesal.  Apa sebabnya?
Jawab: Sifat Allah tidak berubah, yaitu Ia tetap membenci dosa dan harus menghukum orang berdosa, akan tetapi sebagaimana Niniwe itu meninggalkan dosa mereka dan bertobat, demikian pula Tuhan membatalkan niat-Nya untuk menghukum orang yang berdosa itu. Tuhan menghukum orang yang berdosa hanya apabila mereka tidak mau bertobat. Keputusan Allah tidak berubah terhadap dosa dan kebenaran; oleh sebab itu terhadap orang yang bertobat dan datang kepada kebenaran, Allah juga mengubah sikap-Nya. Tuhan ingin memberikan rahmat kepada orang yang meninggalkan dosanya lalu bertobat. Oleh karena itulah sikap dan keputusan Allah tidak berubah. Akan tetapi hubungan Allah dengan manusia berubah apabila hubungan manusia dengan dosa berubah. Kalau Allah membenci kejahatan dan mengasihi kebenaran, Ia harus memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan sifat-Nya itu. Dalam ayat-ayat yang disebutkan di sini dan juga ayat-ayat yang lain, sifat atau tindakan manusia diterapkan kepada Allah.  Tidak ada cara lain untuk mengungkapkan perasaan Allah, kecuali menyesuaikannya dengan sifat-sifat dan sikap manusia. Bila tidak demikian, bagaimana manusia dapat mengerti perasaan Allah? Jadi, pikiran yang fana ini dipakai untuk menerangkan perkara-perkara ilahi. Itulah sebabnya dikatakan "maka menyesallah Allah". Tetapi bukan berarti Ia menyesal sebab salah dan bukan karena Ia ingin mengubah maksud dan tujuan-Nya yang semula.
Pertanyaan: Dalam Kejadian 6:6* dikatakan bahwa Allah telah menyesal sebab Ia telah menjadikan manusia yang ternyata membawa dukacita bagi-Nya?
Jawab: Kejahatan manusia terlalu besar dan keji sekali di hadapan Allah sehingga mendatangkan dukacita kepada Allah sampai dikatakan, "Maka menyesallah Tuhan". Akan tetapi ini tidak berarti bahwa Allah lebih suka kalau manusia tidak diciptakan oleh-Nya, hanya hal ini membawa dukacita kepada Allah. INGATLAH: DOSA SENANTIASA MEMBAWA DUKACITA KEPADA ALLAH.
Perbuatan manusia mendukacitakan Allah oleh sebab Allah tahu bahwa Ia harus membinasakan manusia kalau manusia tetap di dalam dosanya. Hal ini dijelaskan pada Kejadian 6:7,8*. Akan tetapi Nuh berkenan kepada Allah, oleh sebab itu Allah tidak perlu melanjutkan hukuman-Nya atas manusia. Bila dikatakan Allah menyesal, maksudnya ialah Allah mengubah sikap-Nya dari memelihara menjadi membinasakan oleh karena dosa. Allah mempunyai dua sikap terhadap manusia, yaitu memelihara dan menciptakan atau membinasakan.
Dalam hal ini Tuhan mau berbalik dari sikap memelihara kepada sikap membinasakan, akan tetapi Allah mendapati bahwa Nuh adalah seorang yang benar, oleh sebab itu Allah tidak jadi membinasakan. Dosa manusia memaksa Allah yang suci dan benar untuk membinasakan manusia yang berdosa. Kejadian 6:6 harus dilanjutkan dengan Bilangan 23:19*. Kesucian Allah yang tidak berubah menuntut Ia membedakan sikap-Nya terhadap orang-orang benar dan orang-orang berdosa. Bilamana orang-orang benar menjadi orang berdosa tentu sikap Tuhan kepada orang itu harus berubah juga.
Matahari yang sama mencairkan lilin dan mengeraskan tanah liat, bukan mataharinya yang berubah, tetapi lilin dan tanah liat itu.
Ancaman-ancaman dalam Yunus 3:4-10* memang ada sangsinya yaitu kalau mereka tidak bertobat, barulah mereka dihukum. Jadi, ancaman itu berlaku dalam hal apakah mereka bertobat atau tidak. Lihatlah Roma 6:23*. Bilamana ada seorang naik sepeda dan angin yang kencang meniup dari arah yang berlawanan dengan kita, maka orang itu akan sukar sekali maju, akan tetapi bila orang itu berbalik, seakan-akan anginnya berubah, padahal sebenarnya tidak. Orang yang berdosa berarti orang yang melawan anugerah Allah. Bila kita dilahirkan baru, maka kita mulai bekerja bersama-sama dengan Allah, bukan melawan Allah. Allah tidak berubah, tetapi kitalah yang berubah.
3. Allah ada oleh sebab kuasa-Nya sendiri. Lihatlah Yohanes 5:26* dan selanjutnya. Di dalam ayat itu dikatakan bahwa Allah memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri. Allah tidak diciptakan karena Allah sudah ada, senantiasa ada, dan Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Hanya Allah yang ada dari kekal sampai kekal.  Bacalah Kisah 17:14-28*.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar